Minggu, 20 Juli 2008

HIDAYAH

Ngomong-ngomong soal hidayah, Saya mempunyai referensi menarik tentang
apa itu 'hidayah'. Ini adalah salah satu diskusi Saya dengan seorang
ulama, HM. Nur Aburrahman, atau biasa beliau menulis dengan inisial
namanya : HMNA. Berikut petikannya :

Hidayah dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf Ha, Dal, Ya.
Dari sini diturunkan kata hudan dan hidayah, artinya petunjuk. Saya
mengutarakan S. anNur, 35 (karena sedikit panjang, hanya sepotong saja
dikutip, kalau ingin tahu anda dapat membacanya dari Al Quran) :: Yahdi
Lla-hu linuwrihi- man yasyaau. Mengenai artinya, maka perhatikan baik-
baik: Ada dua macam terjemahan, yaitu terjemahan jumhur (main stream)
dan terjemahan yang bukan jumhur.

Kita mulai dahulu dengan terjemahan jumhur : fi'il (kata kerja, verb)
yasyaau artinya berkehendak, mau. Pertanyaannya ialah siapa faa'il
(pelaku, subject)-nya. Pemahaman jumhur, pelakunya adalah Allah. Dengan
demikian ayat itu difahamkan: Allah menunjuki dengan nur-Nya siapa yang
Allah kehendaki. Dalam hal ini Allah aktif, hamba Allah pasif. Rupanya
mereka yang memberikan jawaban: "belum mendapat hidayah dari Allah.
Ataupun jika memvonis seseorang yang 'gemar' melakukan kemungkaran acap
kali disebut dengan belum mendapat hidayah dari Allah", adalah mereka
yang tergolong main stream yang memahamkan Yahdi Lla-hu linuwrihi- man
yasyaau dengan Allah menunjuki dengan nur-Nya siapa yang Allah
kehendaki atau dikehendaki-Nya. Allah aktif, hamba Allah pasif.

Selanjutnya terjemahan menurut pemahaman yang tidak jumhur. Pelaku dari
yasyaau (berkehendak, mau) adalah man. Dalam hal ini man yasyaau adalah
maf'uwlun bih (object) yang berwujud anak kalimat, siapa yang
berkehendak. Maka terjemahannya menurut pemahaman ini adalah: Allah
menunjuki dengan nur-Nya siapa yang mau. Artinya dengan kekuasan-Nya
Allah memberikan kepada manusia untuk bebas memilih (free choice).
Allah memberi petunjuk bersyarat bagi hamba-Nya, sesuai dengan
ketetapan Allah yang memberikan free choice kepada manusia. Kalau
manusia itu memilih ingin mendapat petunjuk, maka Allah akan
menunjukinya. Dalam hal ini Allah aktif, dan hamba Allah juga aktif.
Tentu saja pemahaman ini harus dikuatkan atau dibenarkan oleh ayat-ayat
Al Quran yang lain.

Marilah kita mengkaji ayat-ayat tentang free choice dan persyaratan
yang manusia harus kerjakan untuk diterima permohonannya oleh AllahSWT.
Wa quli lhaqqu min rabbikum faman sya-a falyu"min wa man sya-a
falyakfur (QS. AlKahf, 29). Dan katakanlah (hai Muhammad) kebenaran itu
dari Maha Pengaturmu, maka siapa yang mau berimanlah dan siapa yang mau
kafirlah. Jadi menurut ayat ini Allah Yang Maha Pengatur (ArRabb) telah
menetapkan free choice bagi hambaNya. Konsekwensi free choice adalah
tanggung jawab. Yang memilih kafir, ingkar terhadap existensi Allah
(atheist), ingkar terhadap perintah Allah (pendosa), pasti akan
menerima hukuman Allah Yang Maha Adil. Janganlah pula pengganas berkata
saya membunuh orang, mengapa mesti dihukum, bukankah saya jadi
pengganas itu atas kehendak Allah juga? Atau dikatakan/diberi komentar:
Oh, dia belum mendapat hidayah. Free choice, pengganas memilih menjadi
pengganas harus dihukum di dunia dan dihukum di akhirat.

Ayat-ayat mengenai persyaratan yang harus dikerjakan manusia supaya
Allah berkenan akan dia.

Menyangkut substansi:
Inna Lla-ha laa yughayyiru maa biqawmin hatta- yughayyiruw maa
bianfusihim (QS Ar Ra'd, 11) . Sesungguhnya Allah barulah mengubah apa
yang ada atas suatu qaum, hingga mereka itu mengubah apa yang ada atas
dirinya. Jadi ada prasyarat yang diberikan Allah kepada manusia supaya
Allah yughayyiru (mengubah). Apa prasyaratnya? Yughayyiruw maa
bianfusihim (mereka itumengubah dirinya).

Dza-lika bianna Lla-ha lamyaku mughayyiran ni'matan an'amaha- 'ala-
qawmin hatta- yughayyiruw maa bianfusihim (QS Al Anfaal, 53).
Demikianlah itu sebabnya , karena Allah sekali-kali tiada mengubah
ni'mat yang dianugerahkanNya kepada suatu qaum, hingga mereka itu
mengubah apa yang ada atas dirinya. Prasyarat supaya Allah memberi
ni'mat, sama seperti dalam (QS ar Ra'd, 11) .
Uji-bu da'wata ddaa'i idza- da'aany falyastajiybuwly walyu"minuwbiy (QS
al Baqarah, 186). Kuperkenankan do'a pendo'a jika berdo'a kepada-Ku,
maka wajiblah ia menuruti perintah-Ku dan beriman kepadaKu. Ayat ini
banyak prasyaratnya supaya Allah menerima do'a hamba-Nya, yaitu:
da'aaniy, yastajiybuwly dan yu"minuwbiy. Dua persyaratan terakhir
mengandung Lam al Amr, huruf lam yang menyatakan perintah, jadi wajib
hukumnya.

Menyangkut redaksional:
Inna Lla-ha yudhillu man yasyaau, wa yahdiy ilayhi man ata-ba (QS ar
Ra'd, 27).Allah menyesatkan siapa yang mau sesat, dan menunjuki
kepadanya siapa yang taubat. Bahwa pelaku dari yasyaau (yang mau)
adalah man (siapa), dijelaskan secara redaksional sambungan ayat
tersebut: wa yahdiy ilayhi man ata-ba, dan Allah menunjuki siapa yang
taubat. Maka diibaratkan orang yang belum mendapat hidayah berada di
gua yang gelap, maka ia harus aktif atas dasar free choice meninggalkan
gua yang gelap itu untuk dapat memperoleh hidayah, karena Allah SWT
secara aktif telah menyebarkan Nur-Nya (hidayahNya). Untuk sampai di
luar gua agar mendapatkan Nur-Nya, maka ia harus atas dasar free choice
memenuhi persyaratan seperti dijelaskan di atas semaksimal mungkin.
Semakin mendekati maksimum memenuhi persyaratan itu, maka insya Allah
(Allah menghendaki) semakin cepat hidayah itu diperoleh. Sebaliknya
semakin mendekati minimum untuk memenuhi persyaratan itu, maka semakin
lambat pula datangnya hidayah itu.

Penulis Erwin Suryakesuma

Tidak ada komentar: