Selasa, 29 Juli 2008

KEADILAN ALI BIN ABI THALIB

Suatu ketika, menjelang hari raya, Zainab binti Ali bin Abi Thalib tengah
mematut diri di kamarnya. Ia memandangi dirinya di cermin dan berpikir,
'alangkah baiknya bila pada hari raya nanti, ada sesuatu yg istimewa yg bisa
dikenakannya'. Tetapi, meskipun pada saat itu Ali bin Abi Thalib adalah
seorang kepala negara, tidak berarti kehidupan keluarganya diliputi
kemewahan. Keluarga Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib justru hidup dalam
kondisi amat sederhana. Tak heran bila Zainab, putrinya pun tidak memiliki
perhiasan apa2.

Saat tengah mematut diri itu, Zainab teringat akan sebuah kalung indah yang
tersimpan di Baitul Mal. Kalung itu terbuat dari mutiara yang mahal hargaya.
Namun, sebagaimana harta lain di Baitul Mal, maka kalung itu sesungguhnya
adalah milik kaum muslimin secara keseluruhan.

Zainab tidak boleh menggunakannya dan ia tahu ayahnya tentu tak akan
mengizinkannya mengambil sesuatu apapun dari Baitul Mal. tetapi, pikir
Zainab, bagaimana kalau ia hanya meminjamnya saja? meminjam untuk dipakai
selama Hari Raya, dan kemudian sesegera mungkin mengembalikannya kepada
Baitul Mal?

Tak lama kemudian Zainab pun bergegas menuju Baitul Mal dan menemui Ibnu Abi
Rafi', kepala Baitul Mal. Di sana Zainab mengutarakan maksudnya untuk
meminjam kalung mutiara itu selama 3 hari, sekedar untuk digunakannya di
Hari Raya. "Setelah tiga hari, aku langsung mengembalikannya." janji Zainab.

Ibnu Abi Rafi' tidak keberatan dengan maksud Zainab. Bukankah Zainab adalah
putri Ali bin Abi Thalib, sang khalifah? Maka ia pun membolehkan saja Zainab
meminjam kalung itu selama tiga hari. Hati Zainab pun menjadi senang
karenanya. Sesampai di rumah, Zainab pun mencoba kalung tersebut. Benar
saja, kalung yang indah itu memang nampak cantik sekali.

Tetapi, ketika ia sedang mematut diri dengan menggunakan kalung pinjaman
itu, ayahnya, Ali bin Abi Thalib datang. Ia memandangi putrinya dengan penuh
kasih sayang sebelum melihat ke arah lehernya. Seketika air mukanya berubah.
Wajahnya kini nampak memerah menahan marah. "Zainab!" tegur Ali bin Abi
Thalib seraya berupaya menahan keras kemarahannya, "Dari mana engkau
mendapatkan kalung itu?"

Seketika Zainab menjadi pucat pasi. Ia amat takut melihat nuansa kemarahan
yang terpancar dari wajah ayahnya. Zainab pun menjawab dengan lirih, "Saya
mendapatkannya dari Ibnu Abi Rafi, setelah saya mengatakan padanya untuk
meminjamkan kalung ini dari Baitul Mal. Saya hanya meminjamnya, Ayah, selama
tiga hari di Hari Raya. Setelah itu, saya akan langsung mengembalikannya."

Ali bin Abi Thalib menggeleng dengan keras tanda tidak setuju. Tetapi,
sebagai ayah dan kepala negara yang bijak, ia tidak menumpahkan kemarahannya
begitu saja. Ia ingin memberi tahu bahwa kemarahannya beralasan dan ia juga
ingin agar setiap persoalan diselesaikan di hadapan orang2 yg terlibat.
Karena itu ia menyuruh seseorang pergi menemui Ibnu Abi Rafi' dan memintanya
datang ke rumah.

Sesampainya Ibnu Abi Rafi' di rumahnya, di depan Zainab, Ali bertanya kepada
Ibnu Abi Rafi': "Siapa yang telah menyuruhmu memberikan kalung ini pada
putriku, dan mengkhususkannya dari anak2 kaum muslimin yg lain? Apakah
engkai mendapatkan perintah dari kaum muslimin untuk mempergunakan harta
Baitul Mal sekehendakmu?"

"Wahai Amirul Mukminin, tetapi dia ini adalah putrimu sendiri." jawab Ibnu
Abi rafi' mencoba melunakkan hati Ali. Tetapi Ali tetap pada pendiriannya.
Sekalipun Zainab itu adalah putrinya sendiri, dan maksudnya pun hanya
meminjam harta Baitul Mal, Ali tidak mengijinkannya. Ia takut telah berlaku
tidak adil pada kaum muslimin yang lain bila mendahulukan kepentingan
keluarganya.

"Wahai Ibnu Abi Rafi'," tegas Ali, "apakah putriku bisa meringankan siksa
Allah padaku di hari akhir nanti? Dan apakah ia dapat memikul dosa2ku di
hari akhir nanti?" Ibnu Abi Rafi' terdiam sebelum menjawab, "Tentu tidak
dapat ya Amirul Mukminin."

"Nah kalau begitu, ambil kembali kalung ini dari putriku dan kembalikan
segera ke Baitul Mal. Jangan pernah lagi mengulang perbuatan semacam ini
kalau tidak ingin mendapat sanksi dariku." perintah Ali bin Abi Thalib.

Maka Ibnu Abi Rafi' pun segera mengambil kembali kalung itu dari Zainab dan
mengembalikannya ke dalam Baitul Mal. Lewat cara itu, Zainab pun mendapat
pelajaran berharga, bahwa ia tak boleh sekehendak hati mempergunakan harta
milik kaum muslimin, dan memperturutkan segala keinginan hatinya hanya
karena ia anak seorang Kepala Negara.

Betapa luar biasanya perilaku Ali bin Abi Thalib yang sangat berhati2
menjaga diri dan keluarganya dari segala tindakan tidak adil yang dapat
membawanya pada kemurkaan Allah SWT.

-Zirlyfera Jamil-

Tidak ada komentar: