Senin, 28 Juli 2008

Kecerdasan Spiritual dan Kesuksesan Anda*

Apakah Anda selama ini masih mengira, bahwa memiliki dan terus meningkatkan
kecerdasan spiritual akan makin menjauhkan Anda dari segala kesuksesan?
Bahwa berpikir, bersikap, dan bertindak benar dan lurus tak akan
mengantarkan Anda kemana-mana? Bahwa dengan cara itu Anda tidak akan sampai
ke cita-cita?

Jika jawaban Anda adalah ya, maka ketahuilah wahai saudaraku, bahwa engkau
telah salah arah. Waspadalah akan dirimu, segeralah ubah haluanmu. Karena
bukan begitu, apa yang sebenarnya.

Kesuksesanmu, sangat ditentukan oleh kecerdasan spiritualmu. Engkau tak akan
pernah menangguk sukses yang sebenarnya bila engkau tidak memilikinya.
Engkau mungkin akan kaya, tapi engkau tak akan pernah berbahagia. Engkau
mungkin bisa menepuk-nepuk dada sendiri, tapi pada saat yang sama engkau
juga adalah perusak di muka bumi. Jika demikian adanya engkau, maka dirimu
tak akan pernah berarti.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa contoh terbaik dalam setiap untaian
sejarah, adalah berasal dari manusia-manusia sukses seperti para rasul dan
para nabi. Merekalah, golongan manusia yang telah mencapai suksesnya sesuai
kehendak Sang Pencipta. Merekalah wahai saudaraku, manusia-manusia yang
patut disuri-tauladani.

Jika engkau wahai saudaraku, sangat menginginkan segala bentuk kesuksesan
yang bisa engkau bayangkan, maka peganglah erat-erat dan pahamilah dengan
sangat, kisah luar biasa Nabi Musa As yang aku sampaikan kepadamu.

Kisah bayi mungil Musa dimulai dari sini.

*Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul." (QS 28:7) *

Ketahuilah saudaraku, bahwa *faith* selalu diletakkan di tempat yang tinggi,
pada apapun yang pernah engkau sebut sebagai pedoman dan literatur menuju
kesuksesan duniawi. Di dalamnya, terkandung unsur keyakinan dan kepercayaan
yang teramat tinggi. Di situlah letaknya wahai saudaraku, titik pusat dari
apa yang engkau sebut sebagai *kecerdasan spiritual*.

Ibunda Musa adalah wanita manusia biasa. Ia juga punya rasa keibuan yang
sulit dan berat menerima kenyataan, harus terpisahkan dari belahan jiwa yang
disayang dan dicintanya.

Ibunda Musa adalah juga seorang perempuan yang beriman. Ia memiliki
*faith*yang kuat dan kokoh tak tergoyahkan. Ia menegakkannya dengan
penuh keyakinan
dan kepercayaan pada Sang Pemilik Segala Skenario.

Dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, ibunda Musa telah memilih untuk
menjalankan apa yang telah diperintahkan atas dirinya.

Ibunda Musa memahami, bahwa dirinya adalah manusia ciptaan yang telah juga
diberi akal dan pikiran. Ia tahu ia memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang
lahir bersama *faith* di dalam kepala, di dalam dada dan jiwanya. Kecerdasan
yang spiritual keberadaannya. Kecerdasan, yang didemonstrasikannya mengikuti
skenario Sang Pencipta dengan lima tanda-tanda.

*Pertama*, dicarikannya bayi Musa keranjang yang nyaman menjadi wahana.
Diberinya alas yang hangat dan diberinya peneduh yang menyejukkan dirinya.
Dibalutnya bayi Musa dari telanjang penuh tetes kasih dan sayang bersama
titik air matanya.

*Kedua*, perintah itupun kemudian dijalankannya. Dihanyutkannya keranjang
bayi mungil Musa menyatu dengan gemerecak derasnya aliran sungai Nil.

*Ketiga*, diperintahkannya saudara perempuan Musa, agar terus mengikuti
keranjang bersama aluran arus air. Agar mereka tetap bisa menatapnya dari
kejauhan, dan agar mereka mengerti ke mana arah dan berakhirnya bayi mungil
tercinta mereka.

*Keempat*, keranjang bayi mungil Musa berakhir di taman air indah di
belakang istana raja yang penguasa. Bayi mungil Musa, telah menarik hati
permaisuri istana. Puteri istana ingin memeliharanya.

*Kelima *, kakak perempuan Musa berkata, "Maukah engkau kutunjuki, seseorang
yang mau merawat serta menyusuinya, dengan penuh welas dan asih?" Referensi
kakak perempuan Musa, berakhir pada ibunda Musa sendiri.

Maka sadarilah wahai saudaraku, beginilah akhir sukses dari episode babak
pertama kehidupan Nabi Musa As:

*1*. Ibunda Musa tetap bisa mendekap dan menyusui bayi mungil Musa yang amat
dicintainya,

*2*. Untuk mengemban tugas itu, ibunda Musa kini punya penghasilan sebagai
orang gajian di istana raja,

*3*. Bayi mungil Musa terjamin dan terpelihara segala kebutuhannya, untuk
sehat dan tumbuh besarnya menuju sempurna, serba berkecukupan sebagai
seorang pangeran di istana raja sampai waktu yang ditentukan.

Bisakah engkau melihat wahai saudaraku, betapa cerdasnya sang ibunda Musa?

Wahai saudaraku, telah kusampaikan kepadamu sepenggal kisah sukses seorang
Nabi Musa As. Potongan kisah sukses yang berangkat dari *faith* seorang
ibunda. Ibunda bayi mungil Musa yang cerdas akal, pikiran, dan imannya.
Cerdas spiritual.

Wahai saudaraku jika engkau masih ragu, maka ketahuilah, bahwa
*faith*sebagai inti dari kecerdasan spiritual, adalah modal utamamu
menuju
kesuksesan.

Maka jika nanti dan esok hari, jika engkau menghadapi atau menemui;
kejadian, keadaan, dan situasi, yang menurut kiramu akan menyusahkan atau
membuat kecewa dan bersedih hati, maka tundalah rasa sakitmu saudaraku.

Pelajarilah skenario-Nya dengan *faith*-mu. Yakinilah akan kasih dan
sayang-Nya di balik semua itu. Di sanalah nanti akan engkau temui, apa-apa
yang engkau sebut sebagai suksesmu.

Saudaraku,
Aku Ingin Engkau Sukses,
Aku Harus Membuatmu Sukses.

Ikhwan Sopa

Tidak ada komentar: