Kamis, 10 Juli 2008

Ketika Iblis membentangkan sajadah

Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid.
Kebetulan hari itu Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam
Masjid.
Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi
ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu,
ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.

Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata,
ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah
yang hadir.
Iblis juga menempel di setiap sajadah.
"Hai, Blis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau
larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid
ini!", jawab Iblis ketus.

"Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa
diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu".
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka
akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega
memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"

"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai.
Tidak ada yang baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah.
Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah
yang lebar-lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum
yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam
barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang.
Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan
sajadah".

Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya
berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu
lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya
saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara,
orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak
jamaah lain yang sudah lebih
dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan
saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.

Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang
berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".

Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah.
Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.
Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari
sujud, ia membuka
sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang
kecil.
Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya.
Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil,
melakukan hal serupa.
Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang
lebar.
Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga,
kejadian-kejadian
itu beberapa kali terihat di beberapa masjid.
Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah.
Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya.
Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya
diatas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang
setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain.
Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu
menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa.

Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai
orang lain.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan.

From: Hasbullah (Site Requestor) [SMTP:Hasbullah@site.kiani.com]
From: Sabariyah

Tidak ada komentar: