Sabtu, 12 Juli 2008

Solusi

(KH. Abdullah Gymnastiar)

Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Barangsiapa yang menyelesaikan suatu
urusan, maka dia yang akan mengaturnya". Setelah direnungkan, ternyata benar
adanya walaupun tak seratus persen kebenarannya.

Tahun 1945, diakhir Perang Dunia ke-2 Jepang di bom atom oleh Sekutu,
setelah sebelumnya hampir tige setengah tahun menjajah negeri kita, dan di
tahun yang sama negara kita menyatakan diri sebagai negara merdeka. Kini,
telah 56 tahun berlalu, kita saksikan para remaja kita sudah biasa
mengendarai mobil dan wara-wiri menggenggam handphone. Bedanya, bangsa kita
baru dalam tahap memakai sedangkan orang Jepang sudah menjadi ahli dalam
membuat handphone atau mobil serta menguasai dunia dengan produk-produknya.
Sungguh mengherankan. Waktunya sama, dan bahkan sumber daya alam kita jauh
lebih melimpah. Semua ini patut kita renungkan dalam-dalam, terutama kita
sebagai umat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini.


Mungkin kita dengan mudah dan ringan akan mengatakan, apalah artinya semua
itu jikalau mereka kafirin, mereka itu hina, calon ahli neraka. Itu
kata-kata standar yang sering kita lontarkan untuk menunjukkan keutamaan
kita selaku umat Islam. Namun, apakah tindakan tersebut menyelesaikan
masalah? Seorang Psikolog menyatakan bahwa kebiasaan mencela dan menghina
orang lain adalah salah satu pencerminan dari rasa minder karena tak sanggup
menandingi sehingga kompensasinya adalah mencaci.


Lebih dari itu, ternyata mau tidak mau kita harus menggunakan banyak produk
kaum yang kita hina, bahkan aktifis kekhalifahan, dakwah, dan sebagian
kegiatan ibadah kita nyaris kurang efektif tanpa didukung sarana buatan
mereka. Dana kita tersedot tanpa berdaya untuk mencegahnya karena memang
kita membutuhkannya. Mereka banyak mengatur kehidupan duniawi kita karena
mereka terus menemukan solusi untuk kebutuhan hidup di zaman peradaban kini,
mulai dari peringkat sandang, papan, teknologi transportasi, keamanan, dan
berbagai macam lainnya yang tidak bisa dipungkiri mamfaatnya.


Jikalau kita melihat posisi umat dalam mengatur negeri ini teramat kurang,
maka pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah
solusi apa yang bisa jelas-jelas kita berikan dan terbukti dirasakan
mamfaatnya oleh masyarakat. Selain menjanjikan keselamatan akhirat untuk
yang beriman dan beramal shalih, selain dongkol, marah, melecehkan, mencaci
mereka yang kita anggap tidak Islami, jangan-jangan energi, pikiran, dan
waktu produktif kita terbuang habis oleh kebiasaan mencaci dan mengumbar
kebencian. Dan semua itu bersifat reaktif tanpa strategi yang jitu.


Kita benci dengan acara TV, lagu-lagu, film, sinetron, iklan, dan lain-lain
yang berbau maksiat. Namun, solusi riil yang kita lakukan yang membuat umat
terutama saudara kita yang awam terpuaskan dahaga hiburannya dengan nilai
yang mulia. Selain berdakwah kepada mereka, pernahkah kita berupaya membuat
film, sinetron, atau lagu bermutu, lalu membuat sarananya berupa radio, TV,
atau PH (Production House, red) yang dikelola secara profesional yang
sanggup bertarung dalam kompetisi nyata. Atau minimal, pernahkah kita
mendukung orang atau organisai yang berupaya memberi solusi denganm dukungan
moral atau material.


Kita sangat tidak suka dengan adanya kemaksiatan, diskotik, panti pijat yang
penuh kemaksiatan, perjudian, atau aneka jenis bentuk kemaksiatan lainnya
yang ada disekitar kita. Akan tetapi, pernahkah kita berupaya mendakwahi
mereka secara bijak, sistematis, dan sungguh-sungguh untuk membatu mereka
menemukan arti hidup, menyadarkannya, lalu berupaya mencarikan alternatif
lapangan pekerjaan, atau lahan untuk mencari nafkah yang halal atau baru?
Bukan malah menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang harus
diberantas dan dihancurkan.


Bisa saja kita mengatakan, urusan lapangan kerja adalah urusan pemerintah,
bukan urusan kita, justru bisa jadi, alasan itulah yang bisa membuat kita
tak melangkah jauh untuk mencari solusi. Bisa jadi, bahasan di atas terlalu
besar untuk ukuran kita. Marilah kita lihat solusi yang bisa kita berikan
terhadap lingkungan terdekat kita. Jika kita di dalam keluarga, jadilah
solusi jangan jadi benalu. Kita harus terlatih menjadi bagian dari
penyelesai masalah, bukan penambah masalah.


Begitu pun dengan masyarakat sekitar, dengan rajinnya para remaja masjid
membersihkan lingkungannya, menjaga keamanan, menjadi tim pemadam kebakaran,
membuat lahan wirausaha yang nyata, bersikap sopan santun yang menyenangkan,
rajin, serta aktifnya dalam hiburan dan olahraga dengan memberi suri
tauladan akhlak serta nilai-nilai Islami, penggalangan dana dengan
profesional dan pemberian modal bergulir, terlibat dengan pembangunan rumah
tetangga yang fakir dan tindakan realistis lainnya yang menjadi solusi.
Insya Allah remaja masjid tersebut akan disegani, dihormati, dan diakui
keberadaannya. Kalau sudah seperti ini, Insya Allah pendapat, saran, dan
dakwahnya akan sangat didengar sehingga bisa menentukan kebijakan di
lingkungannya.


Tampaknya, jikalau umat Islam berpikir sangat keras dan mengerahkan segala
daya upaya untuk menjadi solusi nyata dalam level manapun yang sesuai dengan
kesanggupan maksimalnya masing-masing, akan jauh lebih dirasakan kehebatan
Islam, kesuksesan Islam, dan akan menumbuhkan keyakinan bahwa Islam memang
solusi. Solusi yang memang selalu dicari dan dirindukan.

Begitupun seluruh rakyat dan negara ini akan sangat merindukan Islam apabila
memang kita bisa memberikan solusi yang bisa dibuktikan dan dirasakan
mamfaatnya secara nyata. Tentu saja akhirnya akan bisa menimbulkan
kepercayaan terhadap kebenaran Islam dan mengikuti serta membelanya.
Sebagaimana Allah berfirman, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al A'raf : 96).


Saudara-saudaraku, marilah kita hemat energi kita dari tindakan apapun yang
akan menguras kemampuan kita. Sehebat apapun janji yang kita ucapkan, tetap
saja, masyarakat menanti bukti bahwa Islam benar-benar solusi bagi bangsa
kita ini.

Ada baiknya kita melirik diri kita kembali, apakah diri kita ini bagian dari
penyelesai masalah, atau diri kitalah yang bermasalah, atau justru diri
kitalah penambah masalah?***

Tidak ada komentar: