Selasa, 16 September 2008

Khutbah Rasulullah s.a.w. tentang Ramadhan

Dari Salman al Farisi : Bahwa Rasulullah SAW menyampaikan khutbahnya pada
akhir bulan Sya'ban (menjelang Ramadlan), mengggambarkan di dalamnya
keagungan Ramadlan, berikut petikannya:

"Wahai manusia, sesungguhnya bulan yang agung dan penuh barakah, bulan yang
didalamnya terdapat Lailatul Qadar, yang nilainya lebih utama dari seribu
bulan, telah menaungi kamu sekalian. Suatu bulan di mana Allah mewajibkan
puasa pada siang harinya dan menjadikan shalat pada malam harinya, sebagai
amalan sunnat. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan sunnat pada bulan itu
maka ia sekan mengrjakan perbuatan fardlu pada bulan yang lain. Barang siapa
yang mengrjakan fardlu pada bulan itu maka ia seakan mengerjakan tujuh puluh
perbuatan fardlu pada bulan yang lain. Ramadlan adalah bulan kesabaran, dan
barang siapa yang sabar balasannya adalah surga. Ia adalah bulan
pertolongan, dan bulan di mana pada saat itu rezeki orang mukmin bertambah.
Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia
mendapatkan ( pahala) memerdekakan budak dan mendapatkan ampunan atas
dosa-dosanya."

Para sahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami mempunyai
makanan yang bisa dipakai untuk berbuka bagi orang yang berpuasa?"

Rasulullah bersabda: "Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi
buka kepada orang yang berpuasa meskipun seteguk air susu, sebutir korma
atau seteguk air minum. Barang siapa yang membuat kenyang orang yang
berpuasa maka ia mendapat ampunan atas dosa-dosanya dan Allah akan
memberinya minuman dari telagaku, dengan minuman yang tidak akan pernah
membuat haus lagi setelah itu, sampai ia masuk sorga, dan ia mendapatkan
pahala sebesar pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang
sedikitpun. Bulan Ramadlan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah
ampunan dan penghabisannya adalah pembebasan dari neraka. Barang siapa yang
memperingan budaknya pada bulan itu maka Allah membebaskannya dari api
neraka ".

Sumber: Tanbihul Ghafilin, Al-Samraqandi

Jumat, 12 September 2008

Sholat Yang Berkualitas

Kualitas salat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu`annya. Salat
dapat disebut sebagai zikir manakala orang yang salat itu menyadari
sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam salatnya,
karena zikir itu sendiri adalah kesadaran. Lawan dari zikir adalah
lalai, oleh karena itu al Qur'an juga mengingatkan orang yang berzikir
(salat) agar jangan lalai, wala takun min al ghafilin (Q/7:205).
Salatnya orang yang lalai pasti tidak efektip karena tidak komunikatif.

Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang
salat, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min
qa imin hazzuhu min salatihi at ta`abu wa an nasobu. Salat sebagai
zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan
munajat seorang hamba dengan Sang Khaliq. Kunci dari muhawarah dan
munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi
khusyu` adalah hadirnya hati dalam setiap aktifitas salat.

Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.
Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat
menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman,
(3) ta`zim, mengagungkan Alloh SWT, (4) segan, haibah, (5). Berharap,
raja, dan (6) malu.

Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih
membutuhkan situasi fisik yang kondusif untuk salat, agar perhatiannya
tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah
kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus
yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar,
yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Alloh
SWT yang sedang diajak berbicara.

Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem yang tidak halal,
ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan
membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Alloh SWT, karena dua hal
itu merupakan hal yang bertentangan.

Salam cinta,
agussyafii

Selasa, 09 September 2008

Doa Membangun Keluarga

Semoga Allah mengkaruniakan kita pendamping terbaik pilihan-Nya,
sehingga perjuangan kita dalam meniti kehidupan berumah tangga
senantiasa terasa indah dan menyejukan berkat pertolongan dan karunia
Allah tersebut.

Berumah tangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya
membalikan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam
menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia
akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang tiada bertepi bagi
siapapun yang menjalaninya. Sejak awal, Allah Swt. memperingatkan
kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut,
firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. At-Taghabun [64]:14).

Ayat di atas menjelaskan, bahwa bisa jadi pasangan yang telah kita
pilih untuk mendampingi hidup kita dan anak-anak yang dilahirkannya
menjadi musuh bagi diri kita. Seorang suami yang seharusnya menjadi
seorang pemimpin di keluarga malah menjadi koruptor karena bujukan
istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam
keinginan. Ayah dan ibu terhancurkan kehormatan dan harga diri
keluarganya karena perilaku dan akhlaq buruk yang diperlihatkan
anak-anak yang dilahirkannya. Untuk itu, hal pertama yang harus kita
lakukan adalah memohon kepada Allah dengan segala kelemahan diri agar
Ia menolong dan mengkaruniakan kita pendamping terbaik dan anak-anak
yang shalih dan shalihah. Maka doa yang diperintahkan Allah dalam
Alquran untuk hal tersebut adalah: "Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah
kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya
(dari kejahatan)". (QS. Al-Furqan [25]:74).

Ciri-ciri dari yang dimaksud oleh doa ini adalah istri yang
menyejukan ketika dipandang, dapat menjadi tauladan bagi siapapun. Ia
juga tidak akan pernah memperlihatkan wajah yang muram durja,
berbicara ketus dan rona wajah yang menyeramkan. Akhlaknya akan
terlihat jauh lebih indah dibanding kecantikan wajah dan tubuhnya.
Akhlaqnya akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari, baik terhadap
suami maupun orang lain di luar keluarganya (tetangga), seperti
senantiasa hormat meski suaminya berumur sama dengannya, atau
senantiasa menghargai siapapun yang ia temui termasu anak kecil
sekalipun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa menyejukan,
bersih dan tidak pernah ada yang melukai.

Oleh karena itu, meski ia terus beranjak tua dan berubah karena
perjuangannya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, namun ia
akan tetap kelihatan cerah dan bersinar. Hal itu tiada lain karena
cerminan dari suasana hati yang senantiasa bersih dan bening. Di
samping itu, ia juga akan senantiasa bersyukur, menghadapi setiap
kejadian dengan sabar dan yakin akan pelajaran dari Allah. Istri
seperti ini tidak pernah meminta hal yang menjadi ketidakmampuan
suaminya. Ia tidak pernah mau didahului bangun oleh suaminya,
melainkan terlebih dahulu shalat dan munajat kepada Allah. Ia juga
akan senantiasa memohon izin kepada suaminya untuk melakukan apapun
yang akan ia kerjakan. Inilah sesungguhnya yang dimaksudkan dengan
istri shalihah yang menjadi perhiasan paling berharga bagi para suami.

Hal di atas tidak hanya berlaku bagi para suami atau siapapun yang
berkehendak untuk menjadi suami, melainkan juga buat para istri atau
yang berkehendak untuk menjadi seorang istri. Pernikahan bagi mereka
harus menjadi ajang sebuah pelatihan guna meningkatkan kehati-hatian.
Siapa pun yang berkehendak menuju momen ini, sangat dianjurkan untuk
terus senantiasa berdoa kepada Allah dengan doa termaktub di atas.
Doa ini harus betul-betul menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Jangan pernah memilih seorang laki-laki hanya dengan pertimbangan
emosional belaka tanpa memperhatikan bagaimana akhlaq dan
kepribadiannya. Calon suami yang baik dan senantiasa dapat
membimbingnya harus menjadi bagian dari doa yang dipohonkannya kepada
Allah, karena suami seperti inilah yang akan mendatangkan kebahagian
yang hakiki bagi seorang istri. Ia akan memperhatikan apapun yang
diinginkan oleh istrinya. Istri akan senantiasa menjadi orang spesial
dalam benak dan kehidupannya. Suami seperti ini akan senantiasa
bersih ketika mau berhadapan dengan istri dan memanggil dengan
panggilan terbaik. Jika kondisi istri berubah secara fisik, karena
perjuangannya mengurus rumah tangga, ia akan menghiburnya dengan
keuntungan-keuntungan di akhirat. Ia juga akan menutup
kejelekan-kejelekan yang dimiliki oleh istrinya serta merasa terus
tertuntut untuk melakukan kewajiban yang benar.

Tingginya derajat suami ditentukan oleh perjuangannya menjadi
pemimpin rumah tangga, sehingga ia akan terus menuntut dirinya untuk
senantiasa menjadi tauladan yang baik bagi keluarga yang dipimpinnya.
Seorang suami pilihan Allah tidak pernah mau jadi beban bagi
istrinya. Ia akan senantiasa memuji dan membuat istri senang,
menjadikan kekurangan istrinya menjadi ladang amal untuk berlapang
hati dan membantunya selalu berjuang untuk memperbaiki diri. Ia juga
akan selalu berlapang dada bertukar pikiran membahas masalah-masalah
yang ada di keluarganya dengan adil. Pada malam hari, ia akan
mengajak istrinya untuk bermunajat menghadap Allah bersama-sama,
meminta kepada Allah sebuah keluarga yang mendapatkan
perlindungan-Nya pada saat tiada lagi perlindungan lain selain hanya
dari-Nya dan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia
dan akhirat.

Rahasia dari semua itu adalah perjuangan maksimal untuk memiliki ilmu
tentang hal tersebut. Ilmu inilah yang akan membangun kebahagiaan di
rumah tangga. Dengan ilmu ini, seorang suami atau istri akan berbuat
apapun dengan penuh keikhlashan dan merasa ridha dalam melayani dan
berkhidmat terhadap pasangannya masing-masing. Waallahu A'lam.***

K.H. Abdullah Gymnastiar

PANDUAN PUASA RAMADHAN

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa,
sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DI DALAMNYA
1. Bulan Ramadhan adalah:a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya
lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam
LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati
siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat
agar menahan diri.
2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan
yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama
Rayyaan untuk memasuki Jannah. RUKUN PUASA a. Berniat sejak malam hari
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari
sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib), Wanita yang
sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu
melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag
ditinggalkannya selama dalam haidh.

YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN Orang Mu'min yang
diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi
wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh
meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat
lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa. Orang
Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan
puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan
sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu
mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu
dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang
ringan. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA a. Sengaja makan dan minum di
siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak
membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan,
maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini
disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan
seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut,
dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.
a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun
udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang
hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan
berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan
makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja,
setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan,
jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : "Telah hilang
rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud
insya Allah."
2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan
Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu
dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah,
banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan
shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir
(20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama'ah.
b. Salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap
empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at.
c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't
kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir.
5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir,
terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul
qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah
Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.
Cara i'tikaf :
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf.

----------------------

Sumber : mailing list pesantren@yahoogroups.com

Senin, 01 September 2008

SHOLAT MENURUT MEDIS

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang
melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah
(Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran.
Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya,
salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari
serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya?

"Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya
secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya and terbebas
dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan
'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berju! dul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap
peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik:
Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam
bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas
Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu. Selama
ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah
salat tambahan atau sholat sunah.

Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,
khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan
respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada
imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi
dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan
individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar
menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah!
mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat,
ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai
persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat
dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama
ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari
normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-
atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter.
"Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan
orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah
paradigma lama yang menganggap ajara! n agama (Islam)
semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian
terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok
Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya
23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud
selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa
yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat
dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing-masing
dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya,
hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya
(paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang
rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang
yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas
bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan
individual untuk menaggulangi masalah-masal! ah yang
dihadapi dengan stabil.

"jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan
motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif
dapat menghindarkan seseorang dari stress,"

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali
terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud
yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta
tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis
menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat
orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu
mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah ya! ng
diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu
untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena
beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya.
Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak
dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam
dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu
ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan
Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran
menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang
terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji
hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia
tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu
bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa
urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.
P! adahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang
cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia
menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di
dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut
bersembahyang yaitu ketika sujud.

Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut
mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh
Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang
tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima
darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh
karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut
agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya : Makhluk Allah! yang bergelar manusia yang
tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam
walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya
di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan
di dalam membuat keputusan secara normal.
Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak
segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui
perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai
dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk
mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah
timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Wiwit

AGAR RAMADHAN PENUH RAHMAT, BERKAH, DAN BERMAKNA

Hari ini kita memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah yang bisa kita
petik di bulan suci dan mulia ini, yang semuanya mengarah pada peningkatan
makna kehidupan, peningkatan nilai diri, maqam spiritual, dan pembeningan
jiwa dan nurani.

Kewajiban puasa ini bukan sesuatu yang baru dalam tradisi keagamaan manusia.
Puasa telah Allah wajibkan kepada kaum beragama sebelum datangnya Nabi
Muhammad Saw. Ini jelas terlihat dalam firman Allah berikut, "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah:
183)

Ayat ini menegaskan tujuan final dari disyariatkannya puasa, yakni
tergapainya takwa. Namun, perlu diingat bahwa ketakwaan yang Allah janjikan
itu bukanlah sesuatu yang gratis dan cuma-cuma diberikan kepada siapa saja
yang berpuasa. Manusia-manusia takwa yang akan lahir dari "rahim" Ramadhan
adalah mereka yang lulus dalam ujian-ujian yang berlangsung pada bulan
diklat itu.

Tak heran kiranya jika Rasulullah bersabda, "Banyak orang yang berpuasa yang
tidak mendapatkn apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus" (HR.
An-Nasai dan Ibnu Majah). Mereka yang berpuasa, namun tidak melakukan
pengendapan makna spiritual puasa, akan kehilangan kesempatan untuk meraih
kandungan hakiki puasa itu.

Lalu apa yang mesti kita lakukan? Beberapa hal berikut ini mungkin akan bisa
membantu menjadikan puasa kita penuh rahmah, berkah, dan bermakna:

Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.

Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat
korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu.
Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang
bernar tentang puasa.

Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan
para sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu.
Rasulullah bersabda,

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu
pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan
doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan
kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang
baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak
mendapat rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabrani) .

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat - dan tentu saja kita semua -
bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga.
Maka menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan
Ramadhan ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam
kesia-siaan di bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan,
maka kita akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu
bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk
menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk
memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya
sehingga dia akan menganga.

Kedua, membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.

Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu.
Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan
membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan
pada saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk
meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang
berbobot dan berisi. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,

"Barang siapa yang puasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya dan
memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi
pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya." (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita
harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan
"sekolah moralitas dan etika", tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan
bertarung membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih
mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan.
Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.

Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh
makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota
badan.

Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan
perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang,
solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi
batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak
melakukan hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal
yang haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari
Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia.
Kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian,
tangan kita tidak pernah menyentuh harta haram.

Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan
hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama,
angkara, rakus dan tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, "Jika kamu berpuasa, maka
hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa.
Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada
hari kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak
berpuasa) sama dengan hari kamu berpuasa."

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya
maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak
minum." (HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan
amal ke depan.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA
Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA
A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI