Minggu, 14 Desember 2008

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

(KH. Abdullah Gymnastiar)

Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.

1. AKU BUKAN ANCAMAN BAGIMU

Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)


a. Hindari penghinaan
Apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya, jangan pernah dilakukan, karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, mencela, merendahkan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.

b. Hindari ikut campur urusan pribadi
Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.

c. Hindari memotong pembicaraan
Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yag arif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang terbak pada waktu yang tepat.

d. Hindari membandingkan
Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penampilan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.

e. Jangan membela musuhnya, mencaci kawannya
Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawannya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang netral, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.

f. Hindari merusak kebahagiannya
Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiaanya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tauh persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapatkan oleh-oleh tersebut.

g. Jangan mengungkit masa lalu
Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk diri kita, maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya, hal seperti ini sama dengan mengajak bermusuhan.

h. Jangan mengambil haknya
Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan asa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan.. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.

i. Hati-hati dengan kemarahan
Bila anda marah, maka waspadalah karena kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilaku yang keji, yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andai kata ucapan dirasakan berlebihan.

j. Jangan menertawakannya
Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannnya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya, dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.

k. Hati-hati dengan penampilan, bau badan dan bau mulut
Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan atau mulut kita, karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain merasa terusik kenyamanannya, dan cenderung ingin menghindari kita.


2. AKU MENYENANGKAN BAGIMU

a. Wajah yang selalu cerah ceria
Rasulullah senantiasa berwajah ceria, beliau pernah besabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksakan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta". (Sunan Abu Dawud).

b. Senyum tulus
Rasulullah senantiasa tersenyum manis sekali dan ini sangat menyenangkan bagi siapapun yang menatapnya. Senyum adalah sedekah, senyuman yang tulus memiliki daya sentuh yang dalam ke dalam lubuk hati siapapun, senyum adalah nikmat Allah yang besar bagi manusia yang mencintai kebaikan. Senyum tidak dimiliki oleh orang-orang yang keji, sombong, angkuh, dan orang yang busuk hati.

c. Kata-kata yang santun dan lembut
Pilihlah kata-kata yang paling sopan dengan dan sampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah, ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula nada suara yang keras dan berlebihan.

d. Senang menyapa dan mengucapkan salam
Upayakanlah kita selalu menjadi orang yang paling dahulu dalam menyapa dan mengucapkan salam. Jabatlah tagan kawan kita penuh dengan kehangatan dan lepaslah tangan sesudah dilepaskan oleh orang lain, karena demikianlah yang dicontohkan Rasulullah. Jangan lupa untuk menjawab salam dengan sempurna dan penuh perhatian.


e. Bersikap sangat sopan dan penuh penghormatan
Rasulullah jikalau berbincang dengan para sahabatnya selalu berusaha menghormati dengan cara duduk yang penuh perhatian, ikut tersenyum jika sahabatnya melucu, dan ikut merasa takjub ketika sahabatnya mengisahkan hal yang mempesona, sehingga setiap orang merasa dirinya sangat diutamakan oleh Rasulullah.

f. Senangkan perasaannya
Pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak dipuji sambil kita kaitkan dengan kebesaran Allah sehingga yang dipuji pun teringat akan asal muasal nikmat yang diraihnya, nyatakan terima kasih dan do'akan. Hal ini akan membuatnya merasa bahagia. Dan ingat jangan pernah kikir untuk berterima kasih.

g. Penampilan yang menyenangkan
Gunakanlah pakaian yang rapi, serasi dan harum. Menggunakan pakaian yang baik bukanlah tanda kesombongan, Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, tentu saja dalam batas yang sesuai syariat yang disukai Allah.

h. Maafkan kesalahannya
Jadilah pemaaf yang lapang dan tulus terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain kepada kita, karena hal ini akan membuat bahagia dan senang siapapun yang pernah melakukan kekhilafan terhadap kita, dan tentu hal ini pun akan mengangkat citra kita dihatinya.


3. AKU BERMANFAAT BAGIMU
Keberuntungan kita bukanlah diukur dari apa yang kita dapatkan tapi dari nilai mamfaat yang ada dari kehadiran kita, bukankah sebaik-baik diantara manusia adalah orang yang
paling banyak manfaatnya bagi hamba-hamba Allah lainnya.

a. Rajin bersilaturahmi
Silaturahmi secara berkala, penuh perhatian, kasih sayang dan ketulusan walaupun hanya beberapa saat, benar-benar akan memiliki kesan yang mendalam, apalagi jikalau membawa hadiah, insya Allah akan menumbuhkan kasih sayang.

b. Saling berkirim hadiah
Seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa saling memberi dan berkirim hadiah akan menumbuhkan kasih sayang. Jangan pernah takut miskin dengan memberikan sesuatu, karena Allah yang Maha Kaya telah menjanjikan ganjaran dan jaminan tak akan miskin bagi ahli sedekah yang tulus.

c. Tolong dengan apapun
Bersegeralah menolong dengan segala kemampuan, harta, tenaga, waktu atau setidaknya perhatian yang tulus, walau perhatian untuk mendengar keluh kesahnya. Apabila tidak mampu, maka do'akanlah, dan percayalah bahwa kebaikan sekecil apapun akan diperhatikan dan dibalas dengan sempurna oleh Allah.

d. Sumbangan ilmu dan pengalaman
Jangan pernah sungkan untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita harus berupaya agar ilmu dan pengalaman yang ada pada diri kita bisa menjadi jalan bagi kesuksesan orang lain.

Insya Allah jikalau hidup kita penuh manfaat dengan tulus ikhlas maka, kebahagiaan dalam bergaul dengan siapapun akan tersa nikmat, karena tidak mengharapkan sesuatu dari orang melainkan kenikmatan kita adalah melakukan sesuatu untuk orang lain. Semata karena Allah SWT.

Tawadhu

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Alangkah beruntungnya orang-orang yang tidak disiksa oleh rindu dipuji orang lain, karena jika kita rindu dipuji orang lain kalau untuk urusan duniawi hukumnya mubah tapi kalau untuk urusan amal ibadah maka akan sirnalah amal ibadah kita.

Hikam:
Hai orang-orang beriman janganlah kamu batalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yang membelanjakan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. perumpamaan mereka seperti batu yang licin yang diatasnya tanah lalu hujan lebat menimpanya maka ia menjadi bersih. Mereka tidak memperoleh apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan danrupamu tetapi melihat niat dan keikhlasan didalam hatimu." Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya yang paling kutakuti atas kamu sekalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya: "Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Syirik yang kecil itu adalah riya."

Riya dapat menghanguskan amal ibadah kita, karena suatu amal ibadah yang seharusnya ingin mendapatkan keridhoan Allah, berubah menjadi ingin mendapatkan nilai dan pujian dari orang lain. Dalam beramal kita harus menjaga niat agar terbebas dari ingin dipuji dan dinilai orang lain,
ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beramal ialah ada orang dengan tidak ada orang amal ibadahnya berbeda. Kunci ikhlas adalah kita harus yakin Allah yang Maha membalas, Allah yang Maha menyaksikan dan Allah yang Maha menguasai semua yang kita inginkan.

Dalam beramal bukan karena tampak atau tidak tampak oleh orang lain, tetapi karena apa yang menjadi niat dihatinya. Berlebih-lebihan dalam pengeluaran tergantung pada niat, keperluan dan kemampuan dari orang yang mengeluarkannya.

Marilah dengan romadhan ini kita menguatkan keyakinan kepada Allah, Allah melihat dan memiliki diri kita, Allah yang menggenggam masa depan kita dan apapun yang kita inginkan semuanya dikuasai Allah swt.

Matahari Terbenam Tanpa Senyum

Oleh: Gundolo Sosro


Ada sebuah kegiatan murah meriah yang kerap saya lakukan dulu ketika masih
tinggal di kota Denpasar Bali, yakni menunggui matahari. Kalau waktu yang
tersedia di pagi hari, maka Sanurlah tempatnya. Di sore hari, Kutalah
lokasinya. Yang jelas, mata hari terbit di pagi hari, maupun matahari
terbenam di sore hari bagi saya sama indahnya. Sinarnya yang
kemerah-merahan. Gerakannya yang pelan dan perlahan. Cincin atau lingkaran
yang mengelilingi matahari, semuanya itu menjadi sebuah berkah Tuhan yang
layak dinikmati. Rugi besarlah mereka yang tidak pernah menikmati matahari.

Belasan tahun setelah semua itu berlalu, di Jakarta yang pantainya tidak
sebersih dan seindah pantai Bali, ada perasaan kehilangan yang mendalam
terhadap keindahan matahari. Hari-hari yang dulunya selalu di awali dengan
senyuman matahari pagi, diakhiri dengan redupnya pelan-pelan senyuman
matahari sore, sekarang diganti dengan hari-hari yang teramat berbeda. Di
pagi hari, kehidupan saya dimulai dengan berderingnya alarm tanda harus
bangun. Di malam hari, ia diakhiri dengan badan yang lelah dan letih,
lantas tidur.

Isinya kehidupan memang berganti dari hari ke hari, tahun ke tahun. Tetapi,
tidak ada matahari tenggelam hari itu yang saya biarkan tenggelam tanpa
senyuman. Entah senyuman pada anak sendiri atau anak mertua. Senyuman pada
orang-orang yang saya temui. Senyuman pada kehidupan. Di rumah, bahkan
kerap saya tersenyum pada pohon, sungai, rumput, burung ­ sebuah kebiasaan
yang bisa membuat orang mengira kalau saya ini gila.

Kenapa senyuman teramat penting dalam hidup saya, karena ia tidak hanya
berguna pada orang atau mahluk yang melihat senyuman saya, ia malah lebih
berguna pada pemilik senyuman. Kalau panca indera berfungsi dasar sebagai
jembatan antara manusia dan alam semesta, senyuman memiliki fungsi dasar
yang lain.

Senyuman, paling tidak menurut saya, befungsi sebagai jembatan antara kita
dengan orang dan mahluk lain, dan yang lebih penting lagi menjadi jembatan
antara kita dengan sang hati. Makanya, dalam banyak kesempatan saya
ungkapkan ke banyak orang, salah satu pintu menuju pada hati bernama
senyuman. Mungkin malah menjadi salah satu pintu yang yang paling lebar dan
longgar. Ia terbuka pada siapa saja yang rajin menabur senyuman.
Lebih-lebih kalau senyuman itu ditabur dengan tangan-tangan keihklasan dan
ketulusan. Ibarat menabur benih bunga yang sehat di lahan yang subur, ia
akan tumbuh, berkembang, berbunga tiada henti, seperti matahari yang
menghiasi bumi setiap hari.

Coba rasakan sendiri di dalam hati masing-masing. Bedakan antara kondisi
hati ketika kita stres, depresi atau menangis. Dan bandingkan dengan
kondisi hati ketika kita tersenyum. Bukankah bedanya amat teramat berbeda ?
Dalam keadaan stres dan depresi, semua ingatan tentang hati plus seluruh
kemuliaannya, seperti lenyap begitu saja. Dalam senyuman yang ikhlas dan
tulus, apa lagi ditambah dengan rasa syukur yang mendalam, hati seperti
sedang bernyanyi.

Kalau digambarkan secara visual, di sekeliling hati yang dibungkus muka
yang penuh senyuman ada ribuan bunga indah melayang-layang. Lengkap dengan
kupu-kupunya yang penuh warna. Tidak hanya pemilik hati yang penuh suka
cita, alam dan kehidupan juga ikut tertawa gembira. Dalam tataran renungan
yang lebih dalam, dengan senyuman kita sedang ikut memperbaiki sang hidup
dan kehidupan.

Dengan latar belakang seperti ini, kalau ada orang yang teramat miskin
dengan senyumannya, ia layak untuk merenungkan kembali sifat pelitnya akan
senyuman. Apapun alasannya ­ dari anggapan bahwa senyumnya tidak menarik,
orang lain tidak membalas senyuman kita, takut dicurigai, dst ­ senyuman
bukanlah kekayaan yang tepat kalau disimpan sendiri.

Ibarat mobil yang rusak mengkarat kalau tidak pernah dipergunakan, senyuman
juga demikian. Tanpa digunakan, ia akan merusak hubungan kita dengan orang
lain, membuat pintu hati tertutup rapat, dan membuat sang kehidupan seperti
besi yang penuh karat : kotor, berdebu, kurang bermanfaat.
Dalam cermin renungan yang berwajah begini, banyak sekali manfaatnya kalau
kita berani mendidik diri untuk tersenyum. Mulanya memang kelihatan dan
terasa memaksa. Ada perasaan dan penampilan sedang tidak menjadi diri
sendiri pada awalnya. Akan tetapi, sebagaimana karet gelang yang kita tarik
cukup sering secara perlahan, ketika mulai ditarik ia melawan kencang,
kemudian lama-lama menjadi longgar dan tidak melawan.

Anda bisa memulainya dengan cara Anda sendiri. Saya memulainya di depan
cermin, di depan anak-anak di rumah bersama burung, pohon dan sungai
(dengan catatan tidak dilihat orang lain). Pipi dan bibir ini memang
menolak dan melawan pada awalnya. Demikian juga komentar orang lain saat
saya baru belajar berbicara sambil tersenyum di depan publik. Ketika baru
mulai dilihat aneh. Tetapi begitu ia menjadi biasa, tidak ada gangguan dan
hambatan yang berarti.

Tidak sedikit tenaga, biaya dan hambatan dari orang lain yang melelahkan
yang telah dibayarkan untuk ini. Namun, saya tetap terus mencoba
memperbaiki kuantitas dan kualitas senyuman. Sebab, kalau ada matahari di
hari ini yang terbenam tanpa senyuman pada sang kehidupan, itu berarti kita
sedang melakukan perusakan pada alam, kehidupan. Dalam bentuknya yang lebih
menakutkan, kehidupan tanpa senyuman adalah sejenis penghianatan.