Senin, 01 September 2008

SHOLAT MENURUT MEDIS

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang
melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah
(Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran.
Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya,
salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari
serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya?

"Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya
secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya and terbebas
dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan
'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berju! dul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap
peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik:
Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam
bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas
Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu. Selama
ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah
salat tambahan atau sholat sunah.

Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,
khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan
respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada
imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi
dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan
individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar
menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah!
mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat,
ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai
persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat
dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama
ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari
normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-
atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter.
"Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan
orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah
paradigma lama yang menganggap ajara! n agama (Islam)
semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian
terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok
Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya
23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud
selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa
yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat
dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing-masing
dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya,
hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya
(paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang
rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang
yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas
bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan
individual untuk menaggulangi masalah-masal! ah yang
dihadapi dengan stabil.

"jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan
motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif
dapat menghindarkan seseorang dari stress,"

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali
terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud
yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta
tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis
menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat
orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu
mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah ya! ng
diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu
untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena
beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya.
Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak
dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam
dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu
ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan
Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran
menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang
terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji
hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia
tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu
bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa
urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.
P! adahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang
cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia
menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di
dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut
bersembahyang yaitu ketika sujud.

Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut
mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh
Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang
tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima
darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh
karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut
agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya : Makhluk Allah! yang bergelar manusia yang
tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam
walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya
di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan
di dalam membuat keputusan secara normal.
Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak
segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui
perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai
dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk
mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah
timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Wiwit

Tidak ada komentar: