Minggu, 14 Desember 2008

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

(KH. Abdullah Gymnastiar)

Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.

1. AKU BUKAN ANCAMAN BAGIMU

Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)


a. Hindari penghinaan
Apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya, jangan pernah dilakukan, karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, mencela, merendahkan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.

b. Hindari ikut campur urusan pribadi
Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.

c. Hindari memotong pembicaraan
Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yag arif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang terbak pada waktu yang tepat.

d. Hindari membandingkan
Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penampilan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.

e. Jangan membela musuhnya, mencaci kawannya
Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawannya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang netral, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.

f. Hindari merusak kebahagiannya
Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiaanya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tauh persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapatkan oleh-oleh tersebut.

g. Jangan mengungkit masa lalu
Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk diri kita, maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya, hal seperti ini sama dengan mengajak bermusuhan.

h. Jangan mengambil haknya
Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan asa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan.. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.

i. Hati-hati dengan kemarahan
Bila anda marah, maka waspadalah karena kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilaku yang keji, yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andai kata ucapan dirasakan berlebihan.

j. Jangan menertawakannya
Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannnya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya, dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.

k. Hati-hati dengan penampilan, bau badan dan bau mulut
Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan atau mulut kita, karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain merasa terusik kenyamanannya, dan cenderung ingin menghindari kita.


2. AKU MENYENANGKAN BAGIMU

a. Wajah yang selalu cerah ceria
Rasulullah senantiasa berwajah ceria, beliau pernah besabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksakan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta". (Sunan Abu Dawud).

b. Senyum tulus
Rasulullah senantiasa tersenyum manis sekali dan ini sangat menyenangkan bagi siapapun yang menatapnya. Senyum adalah sedekah, senyuman yang tulus memiliki daya sentuh yang dalam ke dalam lubuk hati siapapun, senyum adalah nikmat Allah yang besar bagi manusia yang mencintai kebaikan. Senyum tidak dimiliki oleh orang-orang yang keji, sombong, angkuh, dan orang yang busuk hati.

c. Kata-kata yang santun dan lembut
Pilihlah kata-kata yang paling sopan dengan dan sampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah, ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula nada suara yang keras dan berlebihan.

d. Senang menyapa dan mengucapkan salam
Upayakanlah kita selalu menjadi orang yang paling dahulu dalam menyapa dan mengucapkan salam. Jabatlah tagan kawan kita penuh dengan kehangatan dan lepaslah tangan sesudah dilepaskan oleh orang lain, karena demikianlah yang dicontohkan Rasulullah. Jangan lupa untuk menjawab salam dengan sempurna dan penuh perhatian.


e. Bersikap sangat sopan dan penuh penghormatan
Rasulullah jikalau berbincang dengan para sahabatnya selalu berusaha menghormati dengan cara duduk yang penuh perhatian, ikut tersenyum jika sahabatnya melucu, dan ikut merasa takjub ketika sahabatnya mengisahkan hal yang mempesona, sehingga setiap orang merasa dirinya sangat diutamakan oleh Rasulullah.

f. Senangkan perasaannya
Pujilah dengan tulus dan tepat terhadap sesuatu yang layak dipuji sambil kita kaitkan dengan kebesaran Allah sehingga yang dipuji pun teringat akan asal muasal nikmat yang diraihnya, nyatakan terima kasih dan do'akan. Hal ini akan membuatnya merasa bahagia. Dan ingat jangan pernah kikir untuk berterima kasih.

g. Penampilan yang menyenangkan
Gunakanlah pakaian yang rapi, serasi dan harum. Menggunakan pakaian yang baik bukanlah tanda kesombongan, Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, tentu saja dalam batas yang sesuai syariat yang disukai Allah.

h. Maafkan kesalahannya
Jadilah pemaaf yang lapang dan tulus terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain kepada kita, karena hal ini akan membuat bahagia dan senang siapapun yang pernah melakukan kekhilafan terhadap kita, dan tentu hal ini pun akan mengangkat citra kita dihatinya.


3. AKU BERMANFAAT BAGIMU
Keberuntungan kita bukanlah diukur dari apa yang kita dapatkan tapi dari nilai mamfaat yang ada dari kehadiran kita, bukankah sebaik-baik diantara manusia adalah orang yang
paling banyak manfaatnya bagi hamba-hamba Allah lainnya.

a. Rajin bersilaturahmi
Silaturahmi secara berkala, penuh perhatian, kasih sayang dan ketulusan walaupun hanya beberapa saat, benar-benar akan memiliki kesan yang mendalam, apalagi jikalau membawa hadiah, insya Allah akan menumbuhkan kasih sayang.

b. Saling berkirim hadiah
Seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa saling memberi dan berkirim hadiah akan menumbuhkan kasih sayang. Jangan pernah takut miskin dengan memberikan sesuatu, karena Allah yang Maha Kaya telah menjanjikan ganjaran dan jaminan tak akan miskin bagi ahli sedekah yang tulus.

c. Tolong dengan apapun
Bersegeralah menolong dengan segala kemampuan, harta, tenaga, waktu atau setidaknya perhatian yang tulus, walau perhatian untuk mendengar keluh kesahnya. Apabila tidak mampu, maka do'akanlah, dan percayalah bahwa kebaikan sekecil apapun akan diperhatikan dan dibalas dengan sempurna oleh Allah.

d. Sumbangan ilmu dan pengalaman
Jangan pernah sungkan untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita harus berupaya agar ilmu dan pengalaman yang ada pada diri kita bisa menjadi jalan bagi kesuksesan orang lain.

Insya Allah jikalau hidup kita penuh manfaat dengan tulus ikhlas maka, kebahagiaan dalam bergaul dengan siapapun akan tersa nikmat, karena tidak mengharapkan sesuatu dari orang melainkan kenikmatan kita adalah melakukan sesuatu untuk orang lain. Semata karena Allah SWT.

Tawadhu

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Alangkah beruntungnya orang-orang yang tidak disiksa oleh rindu dipuji orang lain, karena jika kita rindu dipuji orang lain kalau untuk urusan duniawi hukumnya mubah tapi kalau untuk urusan amal ibadah maka akan sirnalah amal ibadah kita.

Hikam:
Hai orang-orang beriman janganlah kamu batalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yang membelanjakan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. perumpamaan mereka seperti batu yang licin yang diatasnya tanah lalu hujan lebat menimpanya maka ia menjadi bersih. Mereka tidak memperoleh apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan danrupamu tetapi melihat niat dan keikhlasan didalam hatimu." Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya yang paling kutakuti atas kamu sekalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya: "Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Syirik yang kecil itu adalah riya."

Riya dapat menghanguskan amal ibadah kita, karena suatu amal ibadah yang seharusnya ingin mendapatkan keridhoan Allah, berubah menjadi ingin mendapatkan nilai dan pujian dari orang lain. Dalam beramal kita harus menjaga niat agar terbebas dari ingin dipuji dan dinilai orang lain,
ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beramal ialah ada orang dengan tidak ada orang amal ibadahnya berbeda. Kunci ikhlas adalah kita harus yakin Allah yang Maha membalas, Allah yang Maha menyaksikan dan Allah yang Maha menguasai semua yang kita inginkan.

Dalam beramal bukan karena tampak atau tidak tampak oleh orang lain, tetapi karena apa yang menjadi niat dihatinya. Berlebih-lebihan dalam pengeluaran tergantung pada niat, keperluan dan kemampuan dari orang yang mengeluarkannya.

Marilah dengan romadhan ini kita menguatkan keyakinan kepada Allah, Allah melihat dan memiliki diri kita, Allah yang menggenggam masa depan kita dan apapun yang kita inginkan semuanya dikuasai Allah swt.

Matahari Terbenam Tanpa Senyum

Oleh: Gundolo Sosro


Ada sebuah kegiatan murah meriah yang kerap saya lakukan dulu ketika masih
tinggal di kota Denpasar Bali, yakni menunggui matahari. Kalau waktu yang
tersedia di pagi hari, maka Sanurlah tempatnya. Di sore hari, Kutalah
lokasinya. Yang jelas, mata hari terbit di pagi hari, maupun matahari
terbenam di sore hari bagi saya sama indahnya. Sinarnya yang
kemerah-merahan. Gerakannya yang pelan dan perlahan. Cincin atau lingkaran
yang mengelilingi matahari, semuanya itu menjadi sebuah berkah Tuhan yang
layak dinikmati. Rugi besarlah mereka yang tidak pernah menikmati matahari.

Belasan tahun setelah semua itu berlalu, di Jakarta yang pantainya tidak
sebersih dan seindah pantai Bali, ada perasaan kehilangan yang mendalam
terhadap keindahan matahari. Hari-hari yang dulunya selalu di awali dengan
senyuman matahari pagi, diakhiri dengan redupnya pelan-pelan senyuman
matahari sore, sekarang diganti dengan hari-hari yang teramat berbeda. Di
pagi hari, kehidupan saya dimulai dengan berderingnya alarm tanda harus
bangun. Di malam hari, ia diakhiri dengan badan yang lelah dan letih,
lantas tidur.

Isinya kehidupan memang berganti dari hari ke hari, tahun ke tahun. Tetapi,
tidak ada matahari tenggelam hari itu yang saya biarkan tenggelam tanpa
senyuman. Entah senyuman pada anak sendiri atau anak mertua. Senyuman pada
orang-orang yang saya temui. Senyuman pada kehidupan. Di rumah, bahkan
kerap saya tersenyum pada pohon, sungai, rumput, burung ­ sebuah kebiasaan
yang bisa membuat orang mengira kalau saya ini gila.

Kenapa senyuman teramat penting dalam hidup saya, karena ia tidak hanya
berguna pada orang atau mahluk yang melihat senyuman saya, ia malah lebih
berguna pada pemilik senyuman. Kalau panca indera berfungsi dasar sebagai
jembatan antara manusia dan alam semesta, senyuman memiliki fungsi dasar
yang lain.

Senyuman, paling tidak menurut saya, befungsi sebagai jembatan antara kita
dengan orang dan mahluk lain, dan yang lebih penting lagi menjadi jembatan
antara kita dengan sang hati. Makanya, dalam banyak kesempatan saya
ungkapkan ke banyak orang, salah satu pintu menuju pada hati bernama
senyuman. Mungkin malah menjadi salah satu pintu yang yang paling lebar dan
longgar. Ia terbuka pada siapa saja yang rajin menabur senyuman.
Lebih-lebih kalau senyuman itu ditabur dengan tangan-tangan keihklasan dan
ketulusan. Ibarat menabur benih bunga yang sehat di lahan yang subur, ia
akan tumbuh, berkembang, berbunga tiada henti, seperti matahari yang
menghiasi bumi setiap hari.

Coba rasakan sendiri di dalam hati masing-masing. Bedakan antara kondisi
hati ketika kita stres, depresi atau menangis. Dan bandingkan dengan
kondisi hati ketika kita tersenyum. Bukankah bedanya amat teramat berbeda ?
Dalam keadaan stres dan depresi, semua ingatan tentang hati plus seluruh
kemuliaannya, seperti lenyap begitu saja. Dalam senyuman yang ikhlas dan
tulus, apa lagi ditambah dengan rasa syukur yang mendalam, hati seperti
sedang bernyanyi.

Kalau digambarkan secara visual, di sekeliling hati yang dibungkus muka
yang penuh senyuman ada ribuan bunga indah melayang-layang. Lengkap dengan
kupu-kupunya yang penuh warna. Tidak hanya pemilik hati yang penuh suka
cita, alam dan kehidupan juga ikut tertawa gembira. Dalam tataran renungan
yang lebih dalam, dengan senyuman kita sedang ikut memperbaiki sang hidup
dan kehidupan.

Dengan latar belakang seperti ini, kalau ada orang yang teramat miskin
dengan senyumannya, ia layak untuk merenungkan kembali sifat pelitnya akan
senyuman. Apapun alasannya ­ dari anggapan bahwa senyumnya tidak menarik,
orang lain tidak membalas senyuman kita, takut dicurigai, dst ­ senyuman
bukanlah kekayaan yang tepat kalau disimpan sendiri.

Ibarat mobil yang rusak mengkarat kalau tidak pernah dipergunakan, senyuman
juga demikian. Tanpa digunakan, ia akan merusak hubungan kita dengan orang
lain, membuat pintu hati tertutup rapat, dan membuat sang kehidupan seperti
besi yang penuh karat : kotor, berdebu, kurang bermanfaat.
Dalam cermin renungan yang berwajah begini, banyak sekali manfaatnya kalau
kita berani mendidik diri untuk tersenyum. Mulanya memang kelihatan dan
terasa memaksa. Ada perasaan dan penampilan sedang tidak menjadi diri
sendiri pada awalnya. Akan tetapi, sebagaimana karet gelang yang kita tarik
cukup sering secara perlahan, ketika mulai ditarik ia melawan kencang,
kemudian lama-lama menjadi longgar dan tidak melawan.

Anda bisa memulainya dengan cara Anda sendiri. Saya memulainya di depan
cermin, di depan anak-anak di rumah bersama burung, pohon dan sungai
(dengan catatan tidak dilihat orang lain). Pipi dan bibir ini memang
menolak dan melawan pada awalnya. Demikian juga komentar orang lain saat
saya baru belajar berbicara sambil tersenyum di depan publik. Ketika baru
mulai dilihat aneh. Tetapi begitu ia menjadi biasa, tidak ada gangguan dan
hambatan yang berarti.

Tidak sedikit tenaga, biaya dan hambatan dari orang lain yang melelahkan
yang telah dibayarkan untuk ini. Namun, saya tetap terus mencoba
memperbaiki kuantitas dan kualitas senyuman. Sebab, kalau ada matahari di
hari ini yang terbenam tanpa senyuman pada sang kehidupan, itu berarti kita
sedang melakukan perusakan pada alam, kehidupan. Dalam bentuknya yang lebih
menakutkan, kehidupan tanpa senyuman adalah sejenis penghianatan.

Selasa, 16 September 2008

Khutbah Rasulullah s.a.w. tentang Ramadhan

Dari Salman al Farisi : Bahwa Rasulullah SAW menyampaikan khutbahnya pada
akhir bulan Sya'ban (menjelang Ramadlan), mengggambarkan di dalamnya
keagungan Ramadlan, berikut petikannya:

"Wahai manusia, sesungguhnya bulan yang agung dan penuh barakah, bulan yang
didalamnya terdapat Lailatul Qadar, yang nilainya lebih utama dari seribu
bulan, telah menaungi kamu sekalian. Suatu bulan di mana Allah mewajibkan
puasa pada siang harinya dan menjadikan shalat pada malam harinya, sebagai
amalan sunnat. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan sunnat pada bulan itu
maka ia sekan mengrjakan perbuatan fardlu pada bulan yang lain. Barang siapa
yang mengrjakan fardlu pada bulan itu maka ia seakan mengerjakan tujuh puluh
perbuatan fardlu pada bulan yang lain. Ramadlan adalah bulan kesabaran, dan
barang siapa yang sabar balasannya adalah surga. Ia adalah bulan
pertolongan, dan bulan di mana pada saat itu rezeki orang mukmin bertambah.
Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia
mendapatkan ( pahala) memerdekakan budak dan mendapatkan ampunan atas
dosa-dosanya."

Para sahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami mempunyai
makanan yang bisa dipakai untuk berbuka bagi orang yang berpuasa?"

Rasulullah bersabda: "Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi
buka kepada orang yang berpuasa meskipun seteguk air susu, sebutir korma
atau seteguk air minum. Barang siapa yang membuat kenyang orang yang
berpuasa maka ia mendapat ampunan atas dosa-dosanya dan Allah akan
memberinya minuman dari telagaku, dengan minuman yang tidak akan pernah
membuat haus lagi setelah itu, sampai ia masuk sorga, dan ia mendapatkan
pahala sebesar pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang
sedikitpun. Bulan Ramadlan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah
ampunan dan penghabisannya adalah pembebasan dari neraka. Barang siapa yang
memperingan budaknya pada bulan itu maka Allah membebaskannya dari api
neraka ".

Sumber: Tanbihul Ghafilin, Al-Samraqandi

Jumat, 12 September 2008

Sholat Yang Berkualitas

Kualitas salat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu`annya. Salat
dapat disebut sebagai zikir manakala orang yang salat itu menyadari
sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam salatnya,
karena zikir itu sendiri adalah kesadaran. Lawan dari zikir adalah
lalai, oleh karena itu al Qur'an juga mengingatkan orang yang berzikir
(salat) agar jangan lalai, wala takun min al ghafilin (Q/7:205).
Salatnya orang yang lalai pasti tidak efektip karena tidak komunikatif.

Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang
salat, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min
qa imin hazzuhu min salatihi at ta`abu wa an nasobu. Salat sebagai
zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan
munajat seorang hamba dengan Sang Khaliq. Kunci dari muhawarah dan
munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi
khusyu` adalah hadirnya hati dalam setiap aktifitas salat.

Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.
Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat
menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman,
(3) ta`zim, mengagungkan Alloh SWT, (4) segan, haibah, (5). Berharap,
raja, dan (6) malu.

Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih
membutuhkan situasi fisik yang kondusif untuk salat, agar perhatiannya
tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah
kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus
yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar,
yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Alloh
SWT yang sedang diajak berbicara.

Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem yang tidak halal,
ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan
membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Alloh SWT, karena dua hal
itu merupakan hal yang bertentangan.

Salam cinta,
agussyafii

Selasa, 09 September 2008

Doa Membangun Keluarga

Semoga Allah mengkaruniakan kita pendamping terbaik pilihan-Nya,
sehingga perjuangan kita dalam meniti kehidupan berumah tangga
senantiasa terasa indah dan menyejukan berkat pertolongan dan karunia
Allah tersebut.

Berumah tangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya
membalikan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam
menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia
akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang tiada bertepi bagi
siapapun yang menjalaninya. Sejak awal, Allah Swt. memperingatkan
kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut,
firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. At-Taghabun [64]:14).

Ayat di atas menjelaskan, bahwa bisa jadi pasangan yang telah kita
pilih untuk mendampingi hidup kita dan anak-anak yang dilahirkannya
menjadi musuh bagi diri kita. Seorang suami yang seharusnya menjadi
seorang pemimpin di keluarga malah menjadi koruptor karena bujukan
istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam
keinginan. Ayah dan ibu terhancurkan kehormatan dan harga diri
keluarganya karena perilaku dan akhlaq buruk yang diperlihatkan
anak-anak yang dilahirkannya. Untuk itu, hal pertama yang harus kita
lakukan adalah memohon kepada Allah dengan segala kelemahan diri agar
Ia menolong dan mengkaruniakan kita pendamping terbaik dan anak-anak
yang shalih dan shalihah. Maka doa yang diperintahkan Allah dalam
Alquran untuk hal tersebut adalah: "Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah
kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya
(dari kejahatan)". (QS. Al-Furqan [25]:74).

Ciri-ciri dari yang dimaksud oleh doa ini adalah istri yang
menyejukan ketika dipandang, dapat menjadi tauladan bagi siapapun. Ia
juga tidak akan pernah memperlihatkan wajah yang muram durja,
berbicara ketus dan rona wajah yang menyeramkan. Akhlaknya akan
terlihat jauh lebih indah dibanding kecantikan wajah dan tubuhnya.
Akhlaqnya akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari, baik terhadap
suami maupun orang lain di luar keluarganya (tetangga), seperti
senantiasa hormat meski suaminya berumur sama dengannya, atau
senantiasa menghargai siapapun yang ia temui termasu anak kecil
sekalipun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa menyejukan,
bersih dan tidak pernah ada yang melukai.

Oleh karena itu, meski ia terus beranjak tua dan berubah karena
perjuangannya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, namun ia
akan tetap kelihatan cerah dan bersinar. Hal itu tiada lain karena
cerminan dari suasana hati yang senantiasa bersih dan bening. Di
samping itu, ia juga akan senantiasa bersyukur, menghadapi setiap
kejadian dengan sabar dan yakin akan pelajaran dari Allah. Istri
seperti ini tidak pernah meminta hal yang menjadi ketidakmampuan
suaminya. Ia tidak pernah mau didahului bangun oleh suaminya,
melainkan terlebih dahulu shalat dan munajat kepada Allah. Ia juga
akan senantiasa memohon izin kepada suaminya untuk melakukan apapun
yang akan ia kerjakan. Inilah sesungguhnya yang dimaksudkan dengan
istri shalihah yang menjadi perhiasan paling berharga bagi para suami.

Hal di atas tidak hanya berlaku bagi para suami atau siapapun yang
berkehendak untuk menjadi suami, melainkan juga buat para istri atau
yang berkehendak untuk menjadi seorang istri. Pernikahan bagi mereka
harus menjadi ajang sebuah pelatihan guna meningkatkan kehati-hatian.
Siapa pun yang berkehendak menuju momen ini, sangat dianjurkan untuk
terus senantiasa berdoa kepada Allah dengan doa termaktub di atas.
Doa ini harus betul-betul menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Jangan pernah memilih seorang laki-laki hanya dengan pertimbangan
emosional belaka tanpa memperhatikan bagaimana akhlaq dan
kepribadiannya. Calon suami yang baik dan senantiasa dapat
membimbingnya harus menjadi bagian dari doa yang dipohonkannya kepada
Allah, karena suami seperti inilah yang akan mendatangkan kebahagian
yang hakiki bagi seorang istri. Ia akan memperhatikan apapun yang
diinginkan oleh istrinya. Istri akan senantiasa menjadi orang spesial
dalam benak dan kehidupannya. Suami seperti ini akan senantiasa
bersih ketika mau berhadapan dengan istri dan memanggil dengan
panggilan terbaik. Jika kondisi istri berubah secara fisik, karena
perjuangannya mengurus rumah tangga, ia akan menghiburnya dengan
keuntungan-keuntungan di akhirat. Ia juga akan menutup
kejelekan-kejelekan yang dimiliki oleh istrinya serta merasa terus
tertuntut untuk melakukan kewajiban yang benar.

Tingginya derajat suami ditentukan oleh perjuangannya menjadi
pemimpin rumah tangga, sehingga ia akan terus menuntut dirinya untuk
senantiasa menjadi tauladan yang baik bagi keluarga yang dipimpinnya.
Seorang suami pilihan Allah tidak pernah mau jadi beban bagi
istrinya. Ia akan senantiasa memuji dan membuat istri senang,
menjadikan kekurangan istrinya menjadi ladang amal untuk berlapang
hati dan membantunya selalu berjuang untuk memperbaiki diri. Ia juga
akan selalu berlapang dada bertukar pikiran membahas masalah-masalah
yang ada di keluarganya dengan adil. Pada malam hari, ia akan
mengajak istrinya untuk bermunajat menghadap Allah bersama-sama,
meminta kepada Allah sebuah keluarga yang mendapatkan
perlindungan-Nya pada saat tiada lagi perlindungan lain selain hanya
dari-Nya dan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, bahagia di dunia
dan akhirat.

Rahasia dari semua itu adalah perjuangan maksimal untuk memiliki ilmu
tentang hal tersebut. Ilmu inilah yang akan membangun kebahagiaan di
rumah tangga. Dengan ilmu ini, seorang suami atau istri akan berbuat
apapun dengan penuh keikhlashan dan merasa ridha dalam melayani dan
berkhidmat terhadap pasangannya masing-masing. Waallahu A'lam.***

K.H. Abdullah Gymnastiar

PANDUAN PUASA RAMADHAN

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa,
sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DI DALAMNYA
1. Bulan Ramadhan adalah:a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya
lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam
LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati
siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat
agar menahan diri.
2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan
yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama
Rayyaan untuk memasuki Jannah. RUKUN PUASA a. Berniat sejak malam hari
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari
sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib), Wanita yang
sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu
melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag
ditinggalkannya selama dalam haidh.

YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN Orang Mu'min yang
diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi
wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh
meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat
lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa. Orang
Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan
puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan
sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu
mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu
dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang
ringan. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA a. Sengaja makan dan minum di
siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak
membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan,
maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini
disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan
seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut,
dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.
a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun
udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang
hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan
berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan
makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja,
setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan,
jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : "Telah hilang
rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud
insya Allah."
2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan
Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu
dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah,
banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan
shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir
(20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama'ah.
b. Salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap
empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at.
c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't
kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir.
5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir,
terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul
qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah
Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.
Cara i'tikaf :
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf.

----------------------

Sumber : mailing list pesantren@yahoogroups.com

Senin, 01 September 2008

SHOLAT MENURUT MEDIS

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang
melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah
(Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran.
Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya,
salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari
serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya?

"Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya
secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya and terbebas
dari infeksi dan kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan
'tukang obat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berju! dul 'Pengaruh Sholat tahajjud terhadap
peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh Imonologik:
Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam
bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas
Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu. Selama
ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah
salat tambahan atau sholat sunah.

Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya,
khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan
respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada
imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi
dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan
individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar
menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah!
mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat,
ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai
persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat
dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama
ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari
normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-
atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter.
"Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan
orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya.
Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah
paradigma lama yang menganggap ajara! n agama (Islam)
semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian
terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok
Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya
23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud
selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa
yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat
dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing-masing
dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya,
hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya
(paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang
rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang
yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas
bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan
individual untuk menaggulangi masalah-masal! ah yang
dihadapi dengan stabil.

"jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan
motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif
dapat menghindarkan seseorang dari stress,"

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali
terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud
yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta
tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis
menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat
orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu
mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah ya! ng
diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu
untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena
beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya.
Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak
dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam
dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu
ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan
Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran
menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang
terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji
hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia
tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu
bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa
urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.
P! adahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang
cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia
menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di
dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut
bersembahyang yaitu ketika sujud.

Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut
mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh
Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang
tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima
darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh
karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut
agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya : Makhluk Allah! yang bergelar manusia yang
tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam
walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya
di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan
di dalam membuat keputusan secara normal.
Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak
segan-segan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui
perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai
dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk
mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah
timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Wiwit

AGAR RAMADHAN PENUH RAHMAT, BERKAH, DAN BERMAKNA

Hari ini kita memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah yang bisa kita
petik di bulan suci dan mulia ini, yang semuanya mengarah pada peningkatan
makna kehidupan, peningkatan nilai diri, maqam spiritual, dan pembeningan
jiwa dan nurani.

Kewajiban puasa ini bukan sesuatu yang baru dalam tradisi keagamaan manusia.
Puasa telah Allah wajibkan kepada kaum beragama sebelum datangnya Nabi
Muhammad Saw. Ini jelas terlihat dalam firman Allah berikut, "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah:
183)

Ayat ini menegaskan tujuan final dari disyariatkannya puasa, yakni
tergapainya takwa. Namun, perlu diingat bahwa ketakwaan yang Allah janjikan
itu bukanlah sesuatu yang gratis dan cuma-cuma diberikan kepada siapa saja
yang berpuasa. Manusia-manusia takwa yang akan lahir dari "rahim" Ramadhan
adalah mereka yang lulus dalam ujian-ujian yang berlangsung pada bulan
diklat itu.

Tak heran kiranya jika Rasulullah bersabda, "Banyak orang yang berpuasa yang
tidak mendapatkn apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus" (HR.
An-Nasai dan Ibnu Majah). Mereka yang berpuasa, namun tidak melakukan
pengendapan makna spiritual puasa, akan kehilangan kesempatan untuk meraih
kandungan hakiki puasa itu.

Lalu apa yang mesti kita lakukan? Beberapa hal berikut ini mungkin akan bisa
membantu menjadikan puasa kita penuh rahmah, berkah, dan bermakna:

Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.

Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat
korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu.
Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang
bernar tentang puasa.

Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan
para sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu.
Rasulullah bersabda,

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu
pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan
doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan
kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang
baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak
mendapat rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabrani) .

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat - dan tentu saja kita semua -
bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga.
Maka menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan
Ramadhan ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam
kesia-siaan di bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan,
maka kita akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu
bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk
menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk
memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya
sehingga dia akan menganga.

Kedua, membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.

Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu.
Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan
membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan
pada saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk
meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang
berbobot dan berisi. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,

"Barang siapa yang puasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya dan
memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi
pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya." (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita
harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan
"sekolah moralitas dan etika", tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan
bertarung membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih
mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan.
Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.

Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh
makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota
badan.

Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan
perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang,
solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi
batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak
melakukan hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal
yang haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari
Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia.
Kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian,
tangan kita tidak pernah menyentuh harta haram.

Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan
hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama,
angkara, rakus dan tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, "Jika kamu berpuasa, maka
hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa.
Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada
hari kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak
berpuasa) sama dengan hari kamu berpuasa."

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya
maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak
minum." (HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan
amal ke depan.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Penulis:
Dr. Achmad Satori Ismail, Dr. M. Idris Abdul Shomad, MA
Samson Rahman, Tajuddin, MA, H. Harjani Hefni, MA
A. Kusyairi Suhail, MA, Drs. Ahlul Irfan, MM, Dr. Jamal Muhammad, Sp.THT

Source: IKADI

Selasa, 26 Agustus 2008

Khutbah Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-pungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.

Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
(Sahabat-sahabat bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:)
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya.

Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan , Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain.

Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?" Jawab Nabi:Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".


Di kutip dari:"Puasa Bersama Rasulullah", karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.

Minggu, 24 Agustus 2008

Gift for you

Many people will walk in and out of your life. But only true friends
will leave footprints in your heart.

To handle yourself, use your head; To handle others, use your heart.

Anger is only one letter short of danger.

If someone betrays you once, it is his fault; If he betrays you
twice, it is your fault.

Great minds discuss ideas; Average minds discuss events; Small minds
discuss people.

He, who loses money, loses much; He, who loses a friend, loses much
more; He, who loses faith, loses all.

Beautiful young people are accidents of nature,

Learn from the mistakes of others. You can't live long enough to make
them all yourself.

Friends, you and me .... You brought another friend ... And then
there were 3 .... We started our group .... Our circle of friends .
There is no beginning or end ....

Yesterday is history. Tomorrow is mystery. Today is a gift.

SUCCESS PEOPLE LIFE STYLE

Ada 1 lembaga penelitian sekuler di USA yg meneliti ttg orang2 bahagia.
Karena ini lembaga sekuler, ukuran bahagia pertama adalah banyak uang,
maka lembaga tsbt mensurvey orang2 kaya (milyuner) dgn sample awal
sebanyak lebih dari 200 ribu org milyuner.
Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan berbagai
parameter termasuk keluarga tsb.

Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap
sangat bahagia, krn selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati
hidup, keluarganya beres.

Hasil survey tsb ditulis dlm buku karangan Thomas Stanley berjudul
"The Millionaire Mind".

Org2 kaya tsbt rata2 sudah berumur, mereka adalah orang kaya dalam 1 generasi,
artinya bukan kaya warisan, tapi kaya dgn modal zero, alias kerja sendiri.
Kemudian org2 ini diwawancara satu per satu secara detail,
dan di-summary-kan gaya hidup org2 tsb, berikut 10 gaya hidup :

1. Orang2 tersebut frugal == hemat, artinya : mereka penuh pertimbangan
dalam memanfaatkan uang mereka.
Untuk membeli sesuatu, pikir2 dulu sekitar 20X, tipe orang
yg tanya sama Tuhan ttg segala sesuatu pengeluaran.
Mereka tidak diperbudak mode, meskipun tidak kuno,
tapi modis. Mereka tau di mana beli barang bagus tapi murah.

2. Orang2 tsb selalu hidup di bawah income mereka, tidak hidup
gali lobang tutup lobang alias anti utang.

3. Sangat loyal terhadap pasangan - tidak cerai dan setia!

4. Selalu lolos dari prahara baik dalam keluarga / bisnis
(di USA sering resesi ekonomi, mereka selalu lolos).
Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya :
overcoming worry and fear with The Bible and pray, with faith to God.
We have God and His word.

5. Cara berpikir mereka berbeda dalam segala segi dengan
org2 kebanyakan, contoh : kita kalau ke mall , mikir
abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis apa yg paling laku
di mall. They think differently from the crowd.
Mereka man of production bukan man of consumption.

6. Ketika ditanya kunci suksesnya :

a. Punya integritas == omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya
b. Disiplin == tdk mudah dipengaruhi, dalam segala
hal, termasuk disiplin dalam hal makanan, mereka org yg
tidak sembarangan konsumsi makanan. Tdk serakah.
c. Selalu mengembangkan social skill == cara bergaul,
belajar getting along with people, belajar leadership,
menjual ide, mereka org yang meng-upgrade dirinya, tidak malas
belajar.
d. Punya pasangan yg support, selalu mendukung dalam
keadaan enak / tidak. Menurut mereka, integrity dimulai di
rumah, kalau seorang suami/istri tidak bisa dipercaya di
rumah, pasti tidak bisa dipercaya diluar.

7. Pembagian waktu/aktivitas, paling banyak untuk hal-hal berikut :

a. Mengajak anak dan cucu sport/olahraga, alasannya,
dgn olahraga bisa meningkatkan fighting spirit yg
penting u/ pertandingan rohani u/menang sbg org beriman,
u/bisa sportif (menerima kenyataan, ttp dgn semangat
u/memperbaiki dan menang)
b. Banyak memikirkan ttg investment.
c. Banyak waktu berdoa, mencari hadirat Allah, belajar FirmanNya.
Ini menjadi lifestyle mereka sejak muda.
d. Attending religious activities.
e. Sosializing with children and grand child, ngobrol.
f. Entertaining w/ friends, maksudnya bergaul, membina hubungan.

8. Have a strong religious faith, dan menurut mereka ini
kunci sukses mereka.

9. Religious millionaire. Mereka tidak pernah memaksakan
suatu jumlah aset sama Tuhan, tapi mereka belajar
mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yg Tuhan inginkan buat mereka.
Minta bimbinganNya utk bisnis. Mereka bukan type menelan
semua tawaran bisnis yg disodorkan kpd mereka, tapi tanya Tuhan dahulu
untuk mengambil keputusan.

10. Ketika ditanya ttg siapa mentor mereka, jawabannya adalah Tuhan.

Original Sender : Nana Sumarna

Aal Quran teman tidur anak

"Ayo pejamkan matamu." Seorang wanita meminta anaknya
untuk memejamkan matanya. Si anak membandel. Dia masih
bermain dengan bonekanya. Disisirnya rambut boneka itu
dengan tangannya.

"Ayo cepat tidur, kalau tidak tidur nanti datang
monster pemakan anak kecil." Kontan, tanpa menunggu
hitungan detik berikutnya, mata yang semula terbuka
itu segera tertutup rapat. Sangat rapat sehingga
lipatan kulit pelupuknya terlihat menumpuk. Wanita
pengasuh itu lalu mengambil selimut. Diselimutinya
tubuh si anak hingga ketiak. Tangannya terulur menuju
kepala dan mulai membelai rambut si anak dengan
hati-hati. Kemudian, terdengarlah suara nyanyian lagu
penghantar tidur untuk si kecil.


Bagaimana kalau cerita itu diubah sedikit, ...
menjadi :

..... "Ayo cepat tidur, kalau tidak tidur nanti datang
monster pemakan anak kecil." Kontan, tanpa menunggu
hitungan detik berikutnya, mata yang semula terbuka
itu segera tertutup rapat. Sangat rapat sehingga
lipatan kulit pelupuknya terlihat menumpuk. ............

Kan kubacakan An Nas dan Al Falaq untuk menjagamu

Wanita pengasuh itu lalu mengambil selimut. Diselimutinya
tubuh si anak hingga ketiak. Tangannya terulur menuju
kepala dan mulai membelai rambut si anak dengan
hati-hati. Kemudian, terdengarlah suara lagu ayat suci al Quran
untuk penghantar tidur si kecil.

Terbiasakan sejak kecil mendengar alunan suci al Quran, ......

Rabu, 20 Agustus 2008

Mengatasi Kecewa

Kecewa… ketika seseorang keberadaannya dinafikan, ketika ia merasa
tidak dilibatkan dalam setiap keputusan. Ia merasa hanya menjadi
pelengkap suatu organisasi. Atau ia merasa, kapabilitasnya tidak
sesuai dengan kedudukannya dalam suatu organisasi..
Keikhlasan dan semangatnya yang dulu seterang matahari di siang hari,
secerah purnama dimalam yang terang, tiba-tiba meredup, tertutup awan
kelam…

Kecewa meradang… sanggupkah aku bertahan dalam himpitan batin yang
menyiksa ini? Apakah lebih baik jika aku mengundurkan diri, lalu
menjadi orang luar atau penonton saja tanpa harus pusing memikirkan
segala permasalahan ?

Ujian berupa kekecewaan kadang dapat melemahkan dan mematikan,
tergantung kadar keimanan seseorang, kadang kekecewaan hanya
menyebabkan kelemahan sesaat, dengan sedikit sentuhan, ia kembali
mampu "menghadapkan wajah" menyongsong tantangan.

Tetapi jika iman seseorang yang kecewa itu lemah, kekecewaannya kian
hari kian bertambah, syetan merayunya dengan segala tipuan, dari kiri
dan kanan, maka kalau sudah begini, ia malah membenarkan dirinya
dalam segala tindakan; keluar dari organisasi dengan
melemparkan "debu" kebelakangnya, mencaci bahkan menfitnah.

Bagaimana mensiasati rasa kecewa ?

Mensiasati kekecawaan bisa dimulai dengan cara yang sederhana, yaitu
dengan pertanyaan; mengapa kecewa ? jika ia kecewa atas perlakuan
seseorang / sekelompok orang maka ia harus menyampaikannya kepada
yang bersangkutan, kenapa kamu begini dan begitu ? tetapi jika ia
kecewa terhadap sekelompok orang maka yang termudah ialah ia
menyampaikan "uneg-uneg"nya pada forum dimana sekelompok orang
tersebut berkumpul. Sebab menyampaikan kekecewaan dan tidak
memendamnya adalah solusi yang jitu, membiarkan kekecewaan berlarut-
larut dan bertumpuk sama dengan memendam bom waktu didalam otak kita.

Cara kedua adalah bertanya pada diri sendiri ; apa benar saya
ikhlas ? kadang Allah SWT menguji keikhlasan kita dengan berbagai
ujian, bisa positif bisa pula negatif. Ujian positif misalnya dengan
hal-2 yang menyenangkan seperti pujian, kedudukan, penghormatan dan
lain sebagainya. Sedangkan ujian negatif misalnya dinafikan,
ditempatkan pada kedudukan yang tidak sesuai dengan kapabilitas,
dicela dan lain seterusnya.

Kholid bin Walid dari masa jahiliyahnya adalah seorang panglima yang
sulit dicari tandingannya. Pada perang Uhud ia telah menunjukkan
keahliannya dengan mengobrak-abrik pasukan kaum muslimin. Ketika ia
memutuskan untuk masuk Islam, pada perang Tabuk, ia berhasil
menghalau pasukan Rumawi yang jumlahnya 300 ribu sementara pasukan
kum muslimin hanya 30 ribu. Kholid bin Walid (Rodhiallahu `anh)
menjadi Panglima hingga masa kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq.
Tetapi di masa Kekhalifahan Umar bin Khothob, ia hanya menjadi
tentara biasa, karena Umar melepas kedudukannya.

Ketika seseorang bertanya kepadanya; "mengapa kamu mau menerima ini"
(pelepasan jabatannya) Kholid menjawab; "Aku berperang karena Allah,
bukan karena Umar". Dan disaat banyak syetan membisikinya untuk
memberontak, ia mengatakan "Saya bersaksi, tidak akan ada
pemberontakan selama Umar yang menjadi pemimpin". Malah ia ketika
menjadi prajurit biasa semangatnya makin menyala, dan keberaniannya
makin menjadi, ketika hal ini ditanyakan kepadanya, ia
menjawab; "dulu ketika aku menjadi panglima, kematianku dapat
meluluhkan semangat banyak orang, tetapi kini jika aku mati, tidak
ada orang yang akan kehilangan semangat".

Demikianlah sepenggal kisah shahabat, mudah2an dapat menjadi ibroh
bagi kita, untuk senantiasa melatih kesabaran dan keikhlasan,
dimanapun posisi kita, disitu pasti kita bisa tetap beramal. semoga
Allah memberikan pertolongannya kepada kita untuk senantiasa
istiqomah dalam jalan da'wah ini hingga kita mendapatkan "Isy
kariiman, Au mut Syahiidan" (hidup dalam kemuliaan, atau mati dalam
ke-syahid-an).

abu-kholid

Selasa, 05 Agustus 2008

SEPOTONG KAYU ANEH

Dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari,
Rasulullah saw pernah bercerita, suatu ketika,
seorang Bani Israil meminjam seribu dinar dari
rekannya, sesama Bani Israil. Si pemberi pinjaman
menanyakan saksi dan jaminan dalam transaksi
mereka. Peminjam pun menjawab cukuplah baginya
Allah sebagai saksi dan penjamin.

Dengan menyebut Allah sebagai saksi sekaligus
penjamin, si peminjam telah menunjukkan
kesungguhan membayar utang. Bayangkan saja kalau
Allah, yang Mahatahu dan Mahakaya, dijadikan
saksi sekaligus penjamin oleh seorang hamba-Nya.

''Kamu benar,'' ucap pemberi pinjaman. Lantas
kedua Bani Israil itu pun melakukan akad
pinjam-meminjam, mulai dari jumlah uang yang akan
dikembalikan, waktu pengembalian, dan lain-lain.

Dengan modal pinjaman itu, si pengutang segera
pergi berlayar meninggalkan negerinya untuk suatu
keperluan. Urusannya selesai tepat di hari dia
harus sudah mengembalikan pinjamannya. Maka dia
berburu-buru mencari kapal untuk pulang, tetapi gagal.

Karena terikat oleh tenggat pengembalian,
sementara ia masih berada di pulau seberang, si
pengutang segera mengambil sepotong kayu dan
melubanginya. Setelah itu, ia memasukan uang seribu dinar dan sepucuk surat.

Di depan laut ia berkata, ''Ya Allah,
sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku telah meminjam
seribu dinar dari temanku, dan aku katakan bahwa
'Cukuplah Allah sebagai saksi sekaligus penjamin'
dan ia rela. Ya Allah, aku telah berusaha sekuat
tenaga mendapatkan kapal untuk mengembalikan
pinjaman sesuai tenggat, tapi gagal. Maka,
sepotong kayu berisi seribu dinar dan sepucuk
surat ini aku jadikan dalam amanat-Mu, ya
Allah.'' Setelah itu ia melemparkan kayu itu ke
laut, ia lalu kembali mencari kapal untuk pulang.

Sementara itu, si pemberi pinjaman menunggu
kedatangan peminjam sesuai perjanjian. Ia berdiri
di tepi laut. Namun tiba-tiba, ia melihat
sepotong kayu mendekat kepadanya. Ia pun
mengambilnya. Setelah kayu dibuka, dia mendapati
seribu dinar dan sepucuk surat dari rekannya, si peminjam.

Tak lama si peminjam datang dengan seribu dinar
yang lain. Ia bercerita mengenai kesulitannya
mencari kapal untuk pulang. Pemberi pinjaman
malah mengabari bahwa Allah telah menyampaikan
kirimannya dalam sebuah kayu. Oh, indahnya sifat amanat! 

##########
Oleh: Nur Hasan Atho

Istri Teladan

Pada masa Rasulullah saw, hidup pasangan Ummu Sulaim binti Malhan dan Abu
Thalhah Alanshari. Mereka dikaruniai seorang putra tampan dan cerdas. Suatu
hari, Abu Thalhah harus pergi jauh kendati anaknya sedang sakit. Sang anak
kemudian meninggal ketika ayahnya tak ada di sisinya.

Dengan tabah Ummu Sulaim berucap, "Inna lillaahi wa inna ilaihi raji'un"
seraya meminta ampun dan berdoa pada Allah agar Ia mengaruniainya kesabaran,
ketabahan, serta keturunan. Ia juga berpesan kepada keluarga Abu Thalhah
agar ketika suaminya datang, tak seorang pun mengabari kematian anak mereka
kecuali dia sendiri.

Ketika pulang, Abu Thalhah langsung menanyakan kabar anaknya. Ummu Sulaim
menjawab, "Tiada hari yang ia lebih tenang dan lebih indah dari malam ini."
Abu Thalhah mengira anaknya telah sembuh, lantas ia bersyukur dan memuji
kebesaran Allah. Kemudian Ummu Sulaim berhias untuk suaminya. Setelah
keduanya makan malam, Abu Thalhah melakukan apa yang biasa dilakukan
suami-istri.

Setelah yakin suaminya cukup beristirahat baik fisik maupun batin, Ummu
Sulaim berpikir keras menemukan cara yang tepat mengabarkan tentang kematian
anak mereka. Ia sungguh tak ingin hal pertama yang suaminya dengar setelah
bepergian jauh adalah kabar buruk ini. Akhirnya ia mendekati suaminya
pelan-pelan, lalu menyapanya dengan lembut, "Wahai Abu Thalhah suamiku
tercinta, jika suatu kaum menitipkan barang titipan kemudian mereka ingin
mengambilnya kembali, bolehkah kita melarangnya?"

"Tidak," kontan Abu Thalhah menjawab. "Sebuah titipan harus dikembalikan ke
pemiliknya."

"Anakmu adalah titipan Allah kepada kita," kata Ummu Sulaim. "Allah SWT
telah mengambilnya."

Dengan berlinang air mata, Abu Thalhah mengungkapkan kemurkaannya pada
istrinya karena ia tidak langsung mengabarkannya. Namun, setelah berpikir
tenang, ia sadar bahwa sesungguhnya sang istri telah berusaha menyambutnya
dengan baik. Setelah shalat Subuh, ia menceritakan semua yang terjadi pada
Rasulullah saw. Nabi terharu dengan perbuatan Ummu Sulaim, lalu kontan
berdoa buat keduanya seraya bersabda, "Semoga Allah memberkati kalian pada
malam kalian yang telah berlalu."

Menurut Anas bin Malik, sahabat Nabi, "Ummu Sulaim kemudian hamil sejak
malam itu dan ia punya sepuluh anak yang semuanya membaca Alquran." 

##########
Oleh: Ahmad Hadi Yasin
##########

JIHAD WANITA

Asma binti Yazid ra bertanya pada Nabi Muhammad saw. "Ya Rasulullah, saya
adalah utusan kaum wanita untuk menghadap baginda. Sesungguhnya Allah
mengutus Anda dengan membawa kebenaran untuk kaum laki-laki dan wanita, lalu
kami beriman dan mengikuti Anda.

Namun kami, kaum wanita, terbatas hanya menjadi penunggu rumah kalian (kaum
laki-laki) dan mengandung anak-anak kalian, sedangkan kalian kaum laki-laki
diberi keutamaan atas kami lewat shalat Jumat, shalat berjamaah, menjenguk
orang sakit, menghadiri jenazah, dan lebih utama dari itu semua adalah jihad
fi sabilillah."

"Bila laki-laki berangkat untuk melakukan ibadah haji, berperang, dan
umrah," lanjut Asma, "kamilah yang menjaga harta mereka, menenun pakaian,
dan mendidik anak-anak mereka. Apakah kami menyertai mereka dalam kebaikan
dan pahala, wahai Rasulullah?"

Rasulullah bersabda, "Kembalilah wahai wanita dan beri tahukanlah semua
wanita di belakangmu bahwa taat kepada suami karena mengakui haknya sebagai
suami, itu sebanding dengan semua pahala dan jihad yang kamu sebutkan itu,
namun sedikit di antara kalian yang melakukannya." (HR Al Bazzar dan
Ath-Thabrani).

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ketika hendak membangun sebuah
masyarakat, Islam memberikan perhatian khusus kepada kaum wanita demi
terwujudnya masyarakat Islam yang sempurna. Bila tugas wanita pada masa
sebelum Islam hanya sebatas pemuas nafsu seks laki-laki dan melahirkan
anak-anak mereka, di masa Islam, mereka memiliki tugas lain yang sangat
mulia dan bahkan merupakan tugas pokoknya, yaitu sebagai ibu dan pengatur
rumah tangga yang akan melahirkan mujahid-mujahid agung demi kejayaan Islam.

Agama ini menganggap suci aktivitas kaum wanita dalam rumah tangga. Meskipun
secara lahir aktivitas perempuan tampak terlalu sedikit dibanding dengan
aktivitas kaum laki-laki, namun pahala aktivitas yang sedikit ini sebanding
dengan aktivitas yang banyak lagi sulit yang dilakukan kaum laki-laki
seperti jihad, bekerja mencari rezeki, shalat berjamaah, dan ibadah fisik
lainnya.

Tentu saja, agar mampu mengobarkan semangat jihad dan memunculkan generasi
yang tangguh, kaum wanita harus memiliki akidah Islamiyah yang kokoh pula,
di samping punya intelektualitas cemerlang. 

##########
Oleh: K Ariyah
Petikan Hadits: Al Bazzar dan Ath-Thabrani
##########

Senin, 04 Agustus 2008

QS Al A'raf : 126

| | |
~ ~ ~
o__,_\ _| | . __o_\ _| | (|_|_| | o_,_,_,_____,
( .. / (_) / ( .

Bismillah irRahman irRaheem

In Name of Allah the Most Gracious, the Most Merciful

Rabbanaa afrigh 'alayna shahran wa tawaffanaa muslimiina

Ya Tuhan kami , limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami
dalam keadaan menyerah diri (kepada-Mu) (QS Al A'raf : 126)

QS Az Zumar : 46

Bismillah irRahman irRaheem

In Name of Allah the Most Gracious, the Most Merciful

Allahumma faathiras samawaati wal ardhi 'aalimal ghaybi wasy syahaadati anta
tahkuma bayna 'ibaadika fii maa kaanuu fiihi yakhtalifuuna

Ya Allah Pencipta langit dan bumi , yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata , engkau-lah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang
mereka perselisihkan (QS Az Zumar : 46)

sender: He Man

Tukang Cukur

alkisah ada seorang yang ingin memangkas rambutnya, lalu tentu saja
dia pergi ke tukang cukur. sesampainya di tempat tukang cukur, ia
segera dilayani oleh seorang tujang cukur yang ternyata talkactive,
lalu merekapun berbincang-bincang sambil masing-masing melaksanakan
perannya, yang satu nyukur yang satu lagi dicukur.

pembicaraan berkembang sampai si tukang cukur menyatakan bahwa ia
tidak lagi percaya tuhan. ia berkata "tuhan itu tidak ada, jika tuhan
ada mengapa ia membiarkan peperangan, kenapa ada manusia yang
kelaparan, kenapa manusia dibiarkan menderita, sedangkan manusia lain
yang menindasnya dibiarkan saja."

si pelanggan ini kebingungan, ia tidak tahu harus menjawab apa, maka
ia diam saja sampai si tukang cukur selesai melaksanakan tugasnya.

ia pun keluar dari salon itu dengan wajah muram. baru beberapa
langkah ia keluar dari salon, ia melihat orang yang berkumis dan
berjenggot lebat serta berambut gondrong, ia kemudian berlari masok
ke salon sambail berteriak, "yang namanya tukang cukur itu tidak ada!"

tukang cukur yang ada di dalam salon heran, lalu menyahut "lho,
bukankah saya ada disini? bukannya barusan anda baru saja saya cukur?"

si pelanggan menjawab "kalau ada tukang cukur, kenapa ada orang yang
berkumis, berjenggot dan berambut gondrong berkeliaran?"

tukang cukur menjawab "ooh, itu karena orang itu tidak mau mendatangi
tukang cukur"

pelanggan itu tersenyum dan berkata "begitu pula dengan tuhan, bukan
tuhannya yang tidak ada tapi manusialah yang tidak mau mendatangi tuhan."

sender: just someone

Jika waktu itu tiba....

Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba dirumah langsung duduk
bersantai sambil melepas penat. sepertinya saya sangat enggan untuk
membersihkan diri dan langsung sholat. sementara anak2 & istri sedang
berkumpul diruang tengah.

Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi2 yang
menghembus tepat dimuka saya. selang beberapa lama seorang yang tak tampak
mukanya berjubah putih dengan tongkat ditangannya tiba2 sudah berdiri
didepanku.

Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba2 itu. Sebelum sempat
bertanya.....siapa dia...tiba2 saya merasa dada saya sesak... sulit untuk
bernafas.... namun saya berusaha untuk tetap menghirup
udara..sebisanya...... ang saya
rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku......terus
berjalan......kekerongkonganku....sakittttttttt........sakit........rasanya.
keluar airmataku menahan rasa sakitnya,.... oh tuhan ada apa dengan
diriku.....
dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi , benda tadi terus memaksa
untuk keluar dari tubuhku... kkhh.........khhhh..... kerongkonganku
berbunyi. seolah tak mampu menahan benda tadi...
badanku gemetar... peluh keringat mengucur deras....mataku terbelalak.....
air mataku seolah tak berhenti....tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah
benda itu meninggalkan aku.

Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu...pergi...berlalu
begitu saja....hilang dari pandangan.
Namun setelah itu.........aku merasa aku jauh lebih ringan, sehat,segar,
cerah... tidak seperti biasanya.
Aku herann... istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah,,,, tiba2
terkejut berhamburan kearahku..

Disitu aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat dibawah sofa
yang kududuki tadi . badannya dingin kulitnya membiru. siapa
dia????????........ mengapa anak2 & istriku memeluknya sambil menangis...
mereka menjerit...histeris ...terlebih istriku seolah tak mau melepaskan
orang yang terbujur tadi... siapa dia.............????????

Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.....
dia........dia.......dia mirip dengan aku....ada apa ini Tuhan...????????
Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu..... Aku mencoba
merangkul anak2 ku tapi tak bisa ...Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku.
Aku coba jelaskan kalau aku ada disini.. Aku mulai berteriak.....tapi mereka
seolah tak mendengarkan aku.........seolah mereka tak melihatku...

Dan mereka terus-menerus menangis....aku sadar..aku sadar...bahwa orang
misterius tadi telah membawa roh ku.. Aku telah mati...aku telah mati. Aku
telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis..........berteriak......
aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku.

Aku sangat sedih.. selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk
membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan untuk membimbing
mereka. Tapi waktuku telah habis.......masaku telah terlewati........aku
sudah tutup usia ....pada saat aku terduduk disofa setelah lelah
seharian bekerja.

Sungguh bila aku tau aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus
bekerja, beribadah, untuk keluarga dll.
Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan belum
sholat.

Ohh Tuhan, Jika kau ijinkan keadaanku masih hidup masih bisa membaca
E-mail ini. sungguh aku amat sangat bahagia. Karena aku masih mempunyai
waktu untuk bersimpuh, mengakui segala dosa & berjanji bila maut menjemputku
kelak. aku telah berada pada keadaan yang siap.


original sender:: bbudiman

"Pesankan Saya, Tempat di Neraka!!"

Sebuah kisah dimusim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al
Manar mengisahkannya...Musim panas merupakan ujian yang cukup berat.

Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian
kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas Menjadikannya menggadaikan
akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher,
kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah
mikrobus. Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk
dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan. Ia
duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian
seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai
keprihatinan sosial.Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk
di sampingnya mengingatkan. Bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan
sesuatu yang tak baik bagi dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga
melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda tersebut?
Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya.
Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah
hak prerogatif seseorang.
"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di
neraka Tuhan Anda!! Sebuah respon yang sangat frontal. Dan sang bapak
pun hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat
kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda
itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan. Di terminal akhir
mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Tapi
mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat
tertidur. Ia berada didekat pintu keluar. Bangunkan saja!", begitu
kira-kira permintaan para penumpang. Tahukah apa yang terjadi.

Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui
ajalnya. Dan seisi
mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah
sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya.
Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.

Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya.... Seandainya tiap
orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan
yang buruk...

Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat denganNYA semakin dekat.
Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar... mumpung kesempatan
itu masih ada.

Sumber: Cerita dari Mesir "Pesankan Saya, Tempat di Neraka!!"

Jumat, 01 Agustus 2008

DOA YANG SELALU DIKABULKAN

Oleh: Helvy Tiana Rosa

Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di
IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di bangku kedua ari
depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang
belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan
memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut
senyumnya yang lebih dulu merekah. Ia seorang yang bertubuh besar,
ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang.
Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya
dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakan-nya) serta sepasang kaki
lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya
hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.


Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya
bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika
giliran Mimin tiba Semua memperhatikan dengan seksama apa yang
disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika
yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat. Saya tengah
memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan
nada datar. "Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup
saya." Ia tersenyum. "Saya lahir dalam keadaan seperti ini. Mungkin
banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi
sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar
saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya
kecuali Allah," Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum.
"Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja."

Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. "Saya
kuliah di Fakultas Psikologi," katanya seraya menambahkan bahwa
teman-teman pria dan wanita di Universitas Islam Bandung-tempat
kuliahnya itu-senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila
kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam
datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. "Di antara mereka ada
yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang
menunggu di atas," kenangnya. Dan civitas academica yang lain?
Menurut Mimin ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Allah
saat menatapnya. "Mereka berkata: Ya Allah, bisa juga ya dia kuliah,"
senyumnya mengembang lagi. "Saya bahagia karena mereka menyebut nama
Allah. Bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga,
kerabat atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang
Maha Besar. Begitu kata mereka."

Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahwa ia tak
pernah ber-mimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. "Kita
tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh, apalagi
seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja." Makanya semua
geger, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang saleh, mapan dan
normal melamarnya. "Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak
orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa,
ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya," ujarnya
penuh syukur.

Saya memandang Mimin dalam. Menyelami batinnya dengan mata mengembun.
"Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang
yang tak mengenal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan
asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar
saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimanapun
saat seorang ibu melahirkan otot-otot panggul dan kaki sangat
berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin
bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah,
saya melahirkan lancar dibantu bidan," pipi Mimin memerah kembali.
"Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar,
Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang."
Hening. Ia terdiam agak lama. Mata saya basah, menyelami batin Mimin.
Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan
nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya.
Saya belum a pa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.

Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya
duduk sebagai pembicara sekarang, dan pertamakalinya selama hidup
saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada
Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?

Saat seminar usai dan Mimin dibantu turun dari panggung, pandangan
saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur ke
pelukannya. Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak
tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya
seperti melihat anak saya, yangselalu bisa saya gendong kapan saya
suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku.
Ketika Mimin pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata
betapa dia mencintai saya karena Allah, seperti ada suara menggema di
seluruh rongga jiwa saya. "Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi,
yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemuan dengan hambaMu
ini. Kekalkanlah persaudaraan kami di Sabilillah. Selamanya. Amin."

Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya
pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin
mengkristal.


("Pelangi Nurani": Penerbit Asy Syaamil, 2002)

Shalat Khusyu 2

Sambungan dari Shalat Khusyu 1, .....

4. Manajemen Tertib (Rukun Sholat Tertib)

Rupanya Allah SWT menjadikan hidup tertib teratur dengan proporsional adalah
kunci sukses. Sholat itu dilakukan dengan tertib. Barang siapa yang hidupnya
tidak teratur, tidak teratur makan sakit maag, tidak teratur tidur kesehatan
terganggu, tidak teratur makan obat akan teracuni. Perkataan yang tidak
teratur akan menimbulkan masalah, manajemen keuangan yang tidak
teratur akan jadi bangkrut.

Melakukan sesuatu tanpa aturan, jalan yang tidak teratur akan semrawut,
macet. Maka pertanyaan pada diri kita, apakah kita termasuk orang yang
memiliki senang hidup dalam sebuah tatanan yang teratur dengan baik
proporsional?

Jikalau menjadi orang yang seenaknya sendiri tidak mau hidup dalam aturan
yang benar dan disiplin menjalankan aturan yang benar dan disiplin
menjalankan aturan maka tipis harapan kita akan berprestasi. Kita harus
menikmati hidup yang teratur, rapi, tertib dengan baik. Yang dilakukan
dengan proporsional ikhlas karena Allah semata. Bersih dari cacat
cela perbuatan nista, insya Allah.

5. Tumaninah
Tumaninah ini artinya tenang. Ini yang sangat dahsyat dalam sebuah prestasi.
Kita sering melakukan sesuatu tapi pada saat tubuh kita melakukan sesuatu
pikiran kita tidak disana, hati kita tidak disana akibatnya prestasi apa
yang bisa dicapai tanpa kehadiran konsentrasi.


Sholat yang baik itu gerakannya disempurnakan disana hatinya hadir pikiran
tertuju konsentrasi. Sebuah kombinasi amal yang sangat indah. Jika kita
sedang bekerja, 8 jam efektif dengan perasaan bahagia, tenang,
konsentrasi yang baik.

Inilah sebenarnya orang yang akan berprestasi maksimal, seimbang dalam
melakukan apapun adil dalam waktu-waktunya hadir lahir batinnya. Begitu pun
juga fokus dalam sikapnya, tentram dalam tindak tanduknya. Subhanallah

6. Siap dalam segala situasi

Berdiri, ruku, sujud. Ketika berdiri akal lebih tinggi dari hati. Bagaimana
saatnya mengolah akal kita. Suatu saat sedang ruku keseimbangan antara qolbu
dengan akal, begitupun ketika sujud, akal harus tunduk kepada qolbu kita.
Tidak takabur si akal dengan kecerdasannya. Tawadlu dengan qolbu. Subhanallah.

Keseimbangan antara hati, ada saatnya akal benar-benar kita peras sedemikian
rupa sebagian kerja kita dan fisik kita ikut. Cobalah kita lihat bagaimana
hidup ini ada saatnya diatas, di tengah, dibawah, berulang. Kita
nikmati sebagai bagian episode hidup kita.

Tidak usah heran sekarang mudah, besok sulit. Adakalanya akal kita begitu
sulit memecahkan, hati kita yang dominan. Keseimbangan inilah yang
dibutuhkan, tindakan yang selalu proporsional dalam gerak gerik kita.
Tawadlu adalah kunci sukses, jauh dari ketakaburan walaupun telapak
kaki kita sama dengan kening kita.

7. Salam
Sholat ditutup dengan salam. Dengan salam kita memberikan jaminan pada
orang-orang disekitar kita. Bahwa kita berharap keselamatan. Dan saya bukan
biang kezaliman bagi siapapun dan saya tidak akan merugikan siapapun.

Artinya seorang yang sholatnya khusyu dia akan menjaga tindak tanduknya.
Agar orang lain merasa aman tidak teraniaya, oleh apapun yang dia miliki,
dia lakukan. Seorang yang benar-benar ahli sholat yang khusyu, akhlaknya
akan bebas dari kezaliman terhadap siapa pun. Sholat yang khusyu adalah
sholat yang sangatproduktif dengan kebaikan.

Orang yang khusyu dalam sholatnya, ibadah komunikasinya nikmat tentram
ketika dalam sholat dan tentram pula dalam aktivitas sehari-hari. Karena ia
sangat berprestasi, disiplin waktunya, manajemen waktu yang optimal, dengan
niat yang selalu lurus dan bersih sehingga tidak goyah oleh imbalan pujian
makhluk-makhluk pribadi yang selalu menjaga kebersihan lahir batin,
hartanya juga.

Pribadi yang selalu tertib bersikap apapun teratur sehingga efektif dan
efisien tindakannya. Pribadi yang benar-benar tumaninah menjalankan setiap
tugasnya hadir dengan kemantapan pribadi ketentraman jiwa,
kesungguhan, keseriusan.

Pribadi yang benar-benar siap menyikapi setiap episode dengan baik dan penuh
ketawadluan. Dan pribadi yang merupakan jaminan tidak akan memberikan
kerugian, kezaliman bagi siapapun juga.

Mudah-mudahan dengan hikmah sholat seperti ini maka Allah menghimpun
kesuksesan duniawi, harta, kedudukan, persahabatan yang merupakan bagian
dari rasa aman yang Allah berikan kepada makhluknya. Wallahu'alam

Shalat Khusyu 1

(KH. Abdullah Gymnastiar)

Bismillahhirrahmaanirrahiim,
Dalam Al-Qur'an Surat Al Mumi'nun ayat 1: Qod aflahal mu'minuun. Al ladziina
hum fii sholatihim khoosyi'uun. Amat sangat berbahagia, sukses orang yang
beriman yang khusyu dalam sholatnya. Dengan kata lain siapapun yang
merindukan kebahagiaan yang hakiki.

Kesuksesan sejati, kemenangan dalam hidup ini selayaknya kita memperhatikan
kualitas sholat. Dapat dipastikan bahwa perintah sholat bukan untuk
kepentingan Allah yang Maha Agung. Yang sudah memiliki segala-galanya dengan
sempurna. Perintah sholat seluruh keuntungannya akan kembali kepada pelakunya.

Kalau kita simak sholat khusyu bukanlah sesuatu yang mustahil. Karena Allah
tidak mungkin memerintahkan kepada kita sesuatu yang mustahil kita lakukan.
Setidaknya, sholat khusyu itu bisa kita lihat pada waktu sholat dan
sesudah sholat.

Pertama, pada waktu sholat dia akan bisa berkomunikasi dengan Allah sangat
baik sehingga berbuah ketentraman jiwa, kebahagiaan berkomunikasi dengan
Allah. Dan dirikan sholat untuk mengingat Allah.

Kedua, sholat yang khusyu' akan tampak pada perilaku kesehariannya. Berbekas
dalam kepribadian, etos kerja maupun prestasi kesehariannya. Jadi tidak
mungkin kekhusyuan sholat hanya dinikmati pada waktu sholat saja. Karena
sholat yang wajib hanya lima kali sehari jika dilakukan sepuluh menit hanya
50 menit dibanding 24 jam.


Pastilah hikmah sholat yang paling besar justru bisa dilihat ketika
melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas hubungan sesama manusia,
aktivitas mensejahterakan diri maupun orang lain, harus menjadi bukti
kekhusyuan sholat ini.

Dalam sholat khusyu, justru yang paling penting adalah saat-saat sesudah
sholatnya karena inilah kemenangan yang hakiki. Ketenangan tidak mungkin
dirasakan hanya waktu sholat, kita juga harus tenang diwaktu-waktu lainnya.

Karena itu kita harus menyadari bahwa ketenangan, tidak hanya menyebut nama
Allah saja. Tapi pelengkap syariat dunia, rejeki yang cukup, rumah yang
lapang, jaminan keamanan, keluarga yang sakinah, perlindungan dari
kawan-kawan, inipun merupakan bagian karunia Allah yang harus kita buru
sebagai upaya merealisasikan ketenangan jiwa secara syariat.


Ada 7 hikmah dari sholat yang khusyu':

1. Manajemen waktu (Disiplin waktu)
Allah mengingatkan kita 5 kali sehari. Tidak ada satu agama pun yang begitu
intensif mengingatkan waktu selain Islam. Bahkan Allah bersumpah
berkali-kali atas nama waktu. Wal'ashr, wal lail, wan nahar dan sebagainya.
Karena manusia memang dibatasi waktu. Dan nilai manusia tergantung dari pada
bagaimana dia menyikapi waktu. Kita pasti mati dan kita tidak tahu kapan
mati.

Rasulullah menilai orang yang cerdas bukan orang yang bergelar atau yang
banyak ilmu tapi orang yang banyak ingat mati. Dan sangat mempersiapkan diri
untuk mati. Sehingga penuh perhitungan terhadap setiap gerak-geriknya.


Seorang ahli sholat yang khusyu', bisa dilihat dari cara menyikapi waktu.
Dia begitu menilai berharganya waktu sehingga tidak mau melakukan
kesia-siaan. Sikap dan perilakunya yang menggunakan waktu hanya mau
melakukan yang bermakna.

Siapapun yang sholatnya seperti bagus tetapi begitu banyak membuang waktu
percuma, kufur nikmat terhadap waktu, perlu ditanyakan lagi tentang
kekhusyuan yang sebenarnya. Dengan kata lain orang yang khusyu dalam
sholatnya terlihat dari pribadinya yang sangat menjaga diri dari kesia-siaan
apalagi kemaksiatan.


2. Manajemen niat
Ternyata rahasia sholat dari niat. Qobla subuh, tahiyatul masjid dan sholat
shubuh sama-sama 2 rakaat. Yang membedakan adalah niatnya. Rasulullah
bersabda, Innamal 'amalu binniat, Setiap amal tergantung dari niat.

Siapapun yang ingin sukses harus selalu bertanya niat apapun dibalik yang
dia lakukan dan yang diucapkan. Dia tidak mau bergerak, sebelum lurus niat
karena Allah, tidak menerima amal apapun kecuali niat yang bersih karena
Allah SWT. Semakin bersih niat kita semakin bahagia, semakin ringan yang
kita lakukan, semakin tentram batin ini, semakin indah apapun yang kita
lakukan. Orang-orang yang niatnya ikhlas jauh berbeda dengan orang yang
berniat buruk berniat jahat atau niat yang tidak benar.


3. Manajemen sense of clean
Ternyata tidak ada satu pun yang berani melakukan sholat tanpa diawali wudhu
atau tayamum. Proses bersih dari awal merupakan kunci sukses sholat yang
khusyu. Berarti orang yang sangat mencintai bersih lahir batin itu adalah
rahasia penting kesuksesan dunia akhirat.

Niat lurus dalam aktivitas sehari-hari harus dijaga kebersihan pikiran, dari
licik, jahat, kotor dan mesum. Kita harus jaga kebersihan mata kita dari
memandang yang diharamkan. Kita harus jaga pendengaran kita dari senang
mendengar aib, dll.

Juga semua berasal dari hati yang bersih yang kita jaga tidak diselimuti
kebencian, kedengkian melainkan yang bersih. Juga tubuh bersih dari makanan
yang haram, arta kita bersih dari hak-hak orang lain.
Orang yang sangat mencintai bersih lahir batin insya Allah tidak akan
didatangi kehinaan. Karena kehinaan biasanya dilekatkan dengan segala
sesuatu yang kotor. Maka kalau kita ingin sukses kita harus benar-benar
hidup mencintai bersih lahir batin.

bersambung ke Shalat Khusyu 2

Selasa, 29 Juli 2008

BERJABAT TANGAN ANTARA LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN

BERJABAT TANGAN ANTARA LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN
Dr. Yusuf Qardhawi

PERTANYAAN

Sebuah persoalan yang sedang saya hadapi, dan sudah
barang tentu juga dihadapi orang lain, yaitu
masalah berjabat tangan antara laki-laki dengan wanita,
khususnya terhadap kerabat yang bukan mahram saya,
seperti anak paman atau anak bibi, atau istri saudara ayah
atau istri saudara ibu, atau saudara wanita istri
saya, atau wanita-wanita lainnya yang ada hubungan
kekerabatan atau persemendaan dengan saya.
Lebih-lebih dalam momen-momen tertentu, seperti datang
dari bepergian, sembuh dari sakit, datang dari haji atau
umrah, atau saat-saat lainnya yang biasanya para
kerabat, semenda, tetangga, dan teman-teman lantas
menemuinya dan bertahni'ah (mengucapkan selamat
atasnya) dan berjabat tangan antara yang satu dengan
yang lain.

Pertanyaan saya, apakah ada nash Al-Qur'an atau
As-Sunnah yang mengharamkan berjabat tangan antara
laki-laki dengan wanita, sementara sudah saya sebutkan
banyak motivasi kemasyarakatan atau kekeluargaan yang
melatarinya, disamping ada rasa saling percaya. aman dari
fitnah, dan jauh dari rangsangan syahwat. Sedangkan
kalau kita tidak mau berjabat tangan, maka mereka
memandang kita orang-orang beragama ini kuno dan
terlalu ketat, merendahkan wanita, selalu
berprasangka buruk kepadanya, dan sebagainya.

Apabila ada dalil syar'inya, maka kami akan
menghormatinya dengan tidak ragu-ragu lagi, dan tidak ada
yang kami lakukan kecuali mendengar dan mematuhi, sebagai
konsekuensi keimanan kami kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
jika hanya semata-mata hasil ijtihad fuqaha-fuqaha kita
terdahulu, maka adakalanya fuqaha-fuqaha kita
sekarang boleh berbeda pendapat dengannya, apabila
mereka mempunyai ijtihad yang benar, dengan
didasarkan pada tuntutan peraturan yang senantiasa
berubah dan kondisi kehidupan yang selalu berkembang.

Karena itu, saya menulis surat ini kepada Ustadz
dengan harapan Ustadz berkenan membahasnya sampai ke
akar-akarnya berdasarkan Al-Qur'anul Karim dan
Al-Hadits asy-Syarif. Kalau ada dalil yang melarang
sudah tentu kami akan berhenti; tetapi jika dalam hal
ini terdapat kelapangan, maka kami tidak
mempersempit kelapangan-kelapangan yang diberikan Allah
kepada kami, lebih-lebih sangat diperlukan dan bisa
menimbulkan "bencana" kalau tidak dipenuhi.

Saya berharap kesibukan-kesibukan Ustadz yang banyak
itu tidak menghalangi Ustadz untuk menjawab surat saya
ini, sebab - sebagaimana saya katakan di muka -
persoalan ini bukan persoalan saya seorang, tetapi
mungkin persoalan berjuta-juta orang seperti saya.

Semoga Allah melapangkan dada Ustadz untuk menjawab,
dan memudahkan kesempatan bagi Ustadz untuk menahkik
masalah, dan mudah-mudahan Dia menjadikan Ustadz
bermanfaat.

JAWABAN

Tidak perlu saya sembunyikan kepada saudara penanya
bahwa masalah hukum berjabat tangan antara laki-laki
dengan perempuan - yang saudara tanyakan itu -
merupakan masalah yang amat penting, dan untuk menahkik
hukumnya tidak bisa dilakukan dengan seenaknya. Ia
memerlukan kesungguhan dan pemikiran yang optimal dan
ilmiah sehingga si mufti harus bebas dari tekanan
pikiran orang lain atau pikiran yang telah diwarisi
dari masa-masa lalu, apabila tidak didapati acuannya
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga
argumentasi-argumentasinya dapat didiskusikan
untuk memperoleh pendapat yang lebih kuat dan
lebih mendekati kebenaran menurut pandangan seorang
faqih, yang didalam pembahasannya hanya mencari
ridha Allah, bukan memperturutkan hawa nafsu.

Sebelum memasuki pembahasan dan diskusi ini, saya
ingin mengeluarkan dua buah gambaran dari lapangan
perbedaan pendapat ini, yang saya percaya bahwa hukum
kedua gambaran itu tidak diperselisihkan oleh
fuqaha-fuqaha terdahulu, menurut pengetahuan saya. Kedua
gambaran itu ialah:

Pertama, diharamkan berjabat tangan dengan wanita
apabila disertai dengan syahwat dan taladzdzudz
(berlezat-lezat) dari salah satu pihak, laki-laki atau
wanita (kalau keduanya dengan syahwat sudah barang
tentu lebih terlarang lagi; penj.) atau dibelakang itu
dikhawatirkan terjadinya fitnah, menurut dugaan yang
kuat. Ketetapan diambil berdasarkan pada hipotesis bahwa
menutup jalan menuju kerusakan itu adalah wajib,
lebih-lebih jika telah tampak tanda-tandanya dan
tersedia sarananya.

Hal ini diperkuat lagi oleh apa yang dikemukakan para
ulama bahwa bersentuhan kulit antara laki-laki
dengannya - yang pada asalnya mubah itu - bisa berubah
menjadi haram apabila disertai dengan syahwat atau
dikhawatirkan terjadinya fitnah,1 khususnya dengan anak
perempuan si istri (anak tiri), atau saudara
sepersusuan, yang perasaan hatinya sudah barang tentu
tidak sama dengan perasaan hati ibu kandung, anak
kandung, saudara wanita sendiri, bibi dari ayah atau
ibu, dan sebagainya.

Kedua, kemurahan (diperbolehkan) berjabat tangan
dengan wanita tua yang sudah tidak punya gairah terhadap
laki-laki, demikian pula dengan anak-anak kecil yang
belum mempunyai syahwat terhadap laki-laki, karena
berjabat tangan dengan mereka itu aman dari sebab-sebab
fitnah. Begitu pula bila si laki-laki sudah tua dan tidak
punya gairah terhadap wanita.

Hal ini didasarkan pada riwayat dari Abu Bakar r.a.
bahwa beliau pernah berjabat tangan dengan beberapa orang
wanita tua, dan Abdullah bin Zubair mengambil pembantu
wanita tua untuk merawatnya, maka wanita itu
mengusapnya dengan tangannya dan membersihkan
kepalanya dari kutu.2

Hal ini sudah ditunjukkan Al-Qur'an dalam
membicarakan perempuan-perempuan tua yang sudah berhenti
(dari haid dan mengandung), dan tiada gairah
terhadap laki-laki, dimana mereka diberi keringanan dalam
beberapa masalah pakaian yang tidak diberikan kepada yang
lain:

"Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari
haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi),
tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian
mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan,
dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (an-Nur: 60)

Dikecualikan pula laki-laki yang tidak memiliki
gairah terhadap wanita dan anak-anak kecil yang belum
muncul hasrat seksualnya. Mereka dikecualikan dari
sasaran larangan terhadap wanita-wanita mukminah
dalam hal menampakkan perhiasannya.

"... Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali
kepada suami mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita ..."(an-Nur: 31)

Selain dua kelompok yang disebutkan itulah yang menjadi
tema pembicaraan dan pembahasan serta memerlukan
pengkajian dan tahkik.

Golongan yang mewajibkan wanita menutup seluruh
tubuhnya hingga wajah dan telapak tangannya, dan
tidak menjadikan wajah dan tangan ini sebagai yang
dikecualikan oleh ayat:

"... Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya
kecuali yang biasa tampak daripadanya ..." (an-Nur: 31)

Bahkan mereka menganggap bahwa perhiasan yang biasa
tampak itu adalah pakaian luar seperti baju panjang,
mantel, dan sebagainya, atau yang tampak karena
darurat seperti tersingkap karena ditiup angin kencang
dan sebagainya. Maka tidak mengherankan lagi bahwa
berjabat tangan antara laki-laki dengan wanita menurut
mereka adalah haram. Sebab, apabila kedua telapak
tangan itu wajib ditutup maka melihatnya adalah
haram; dan apabila melihatnya saja haram, apa lagi
menyentuhnya. Sebab, menyentuh itu lebih berat
daripada melihat, karena ia lebih merangsang,
sedangkan tidak ada jabat tangan tanpa bersentuhan kulit.

Tetapi sudah dikenal bahwa mereka yang berpendapat
demikian adalah golongan minoritas, sedangkan mayoritas
fuqaha dari kalangan sahabat, tabi'in, dan
orang-orang sesudah mereka berpendapat bahwa yang
dikecualikan dalam ayat "kecuali yang biasa tampak
daripadanya" adalah wajah dan kedua (telapak) tangan.

Maka apakah dalil mereka untuk mengharamkan berjabat
tangan yang tidak disertai syahwat?

Sebenarnya saya telah berusaha mencari dalil yang
memuaskan yang secara tegas menetapkan demikian, tetapi
tidak saya temukan.

Dalil yang terkuat dalam hal ini ialah menutup pintu
fitnah (saddudz-dzari'ah), dan alasan ini dapat
diterima tanpa ragu-ragu lagi ketika syahwat
tergerak, atau karena takut fitnah bila telah tampak
tanda-tandanya. Tetapi dalam kondisi aman - dan ini
sering terjadi - maka dimanakah letak keharamannya?

Sebagian ulama ada yang berdalil dengan sikap Nabi saw.
yang tidak berjabat tangan dengan perempuan ketika
beliau membai'at mereka pada waktu penaklukan Mekah yang
terkenal itu, sebagaimana disebutkan dalam surat
al-Mumtahanah.

Tetapi ada satu muqarrar (ketetapan) bahwa apabila Nabi
saw. meninggalkan suatu urusan, maka hal itu tidak
menunjukkan - secara pasti - akan keharamannya.
Adakalanya beliau meninggalkan sesuatu karena haram,
adakalanya karena makruh, adakalanya hal itu kurang
utama, dan adakalanya hanya semata-mata karena beliau
tidak berhasrat kepadanya, seperti beliau tidak memakan
daging biawak padahal daging itu mubah.

Kalau begitu, sikap Nabi saw. tidak berjabat tangan
dengan wanita itu tidak dapat dijadikan dalil untuk
menetapkan keharamannya, oleh karena itu harus ada
dalil lain bagi orang yang berpendapat demikian.

Lebih dari itu, bahwa masalah Nabi saw. tidak
berjabat tangan dengan kaum wanita pada waktu
bai'at itu belum disepakati, karena menurut
riwayat Ummu Athiyah al-Anshariyah r.a. bahwa
Nabi saw. pernah berjabat tangan dengan wanita pada waktu
bai'at, berbeda dengan riwayat dari Ummul Mukminin Aisyah
r.a. dimana beliau mengingkari hal itu dan bersumpah
menyatakan tidak terjadinya jabat tangan itu.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam sahihnya dari Aisyah
bahwa Rasulullah saw. menguji wanita-wanita
mukminah yang berhijrah dengan ayat ini, yaitu firman
Allah:

"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan
yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan
Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina,
tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara
tangan dengan kaki mereka3 dan tidak akan mendurhakaimu
dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia
mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (al-Mumtahanah: 12)

Aisyah berkata, "Maka barangsiapa diantara
wanita-wanita beriman itu yang menerima syarat tersebut,
Rasulullah saw. berkata kepadanya, "Aku telah
membai'atmu - dengan perkataan saja - dan demi Allah
tangan beliau sama sekali tidak menyentuh tangan
wanita dalam bai'at itu; beliau tidak membai'at
mereka melainkan dengan mengucapkan, 'Aku telah
membai'atmu tentang hal itu.'" 4

Dalam mensyarah perkataan Aisyah "Tidak, demi Allah
...," al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari
sebagai berikut: Perkataan itu berupa sumpah untuk
menguatkan berita, dan dengan perkataannya itu
seakan-akan Aisyah hendak menyangkal berita yang
diriwayatkan dari Ummu Athiyah. Menurut riwayat
Ibnu Hibban, al-Bazzar, ath-Thabari, dan Ibnu
Mardawaih, dari (jalan) Ismail bin Abdurrahman dari
neneknya, Ummu Athiyah, mengenai kisah bai'at, Ummu
Athiyah berkata:

"Lalu Rasulullah saw. mengulurkan tangannya dari luar
rumah dan kami mengulurkan tangan kami dari dalam rumah,
kemudian beliau berucap, 'Ya Allah, saksikanlah.'"

Demikian pula hadits sesudahnya - yakni sesudah hadits
yang tersebut dalam al-Bukhari - dimana Aisyah mengatakan:

"Seorang wanita menahan tangannya"

Memberi kesan seolah-olah mereka melakukan bai'at
dengan tangan mereka.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar) berkata: "Untuk yang pertama
itu dapat diberi jawaban bahwa mengulurkan tangan dari
balik hijab mengisyaratkan telah terjadinya bai'at
meskipun tidak sampai berjabat tangan... Adapun untuk
yang kedua, yang dimaksud dengan menggenggam tangan
itu ialah menariknya sebelum bersentuhan... Atau
bai'at itu terjadi dengan menggunakan lapis tangan.

Abu Daud meriwayatkan dalam al-Marasil dari asy-Sya'bi
bahwa Nabi saw. ketika membai'at kaum wanita beliau
membawa kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau
meletakkannya di atas tangan beliau, seraya berkata,

"Aku tidak berjabat dengan wanita."

Dalam Maghazi Ibnu Ishaq disebutkan bahwa Nabi
saw. memasukkan tangannya ke dalam bejana dan wanita
itu juga memasukkan tangannya bersama beliau.

Ibnu Hajar berkata: "Dan boleh jadi berulang-ulang,
yakni peristiwa bai'at itu terjadi lebih dari
satu kali, diantaranya ialah bai'at yang terjadi di mana
beliau tidak menyentuh tangan wanita sama sekali, baik
dengan menggunakan lapis maupun tidak, beliau membai'at
hanya dengan perkataan saja, dan inilah yang
diriwayatkan oleh Aisyah. Dan pada kesempatan yang lain
beliau tidak berjabat tangan dengan wanita dengan
menggunakan lapis, dan inilah yang diriwayatkan
oleh asy-Sya'bi."

Diantaranya lagi ialah dalam bentuk seperti yang
disebutkan Ibnu Ishaq, yaitu memasukkan tangan kedalam
bejana. Dan ada lagi dalam bentuk seperti yang
ditunjukkan oleh perkataan Ummu Athiyah, yaitu berjabat
tangan secara langsung.

Diantara alasan yang memperkuat
kemungkinan berulang-ulangnya bai'at itu ialah bahwa
Aisyah membicarakan bai'at wanita-wanita mukminah
yang berhijrah setelah terjadinya peristiwa Perjanjian
Hudaibiyah, sedangkan Ummu Athiyah - secara lahiriah
- membicarakan yang lebih umum daripada itu dan meliputi
bai'at wanita mukminah secara umum, termasuk
didalamnya wanita-wanita Anshar seperti Ummu Athiyah si
perawi hadits. Karena itu, Imam Bukhari
memasukkan hadits Aisyah di bawah bab "Idzaa Jaa
aka al-Mu'minaat Muhaajiraat," sedangkan hadits Ummu
Athiyah dimasukkan dalam bab "Idzaa Jaa aka al-
Mu'minaat Yubaayi'naka."

Maksud pengutipan semua ini ialah bahwa apa yang
dijadikan acuan oleh kebanyakan orang yang
mengharamkan berjabat tangan antara laki-laki dengan
perempuan - yaitu bahwa Nabi saw. tidak berjabat
tangan dengan wanita - belumlah disepakati. Tidak
seperti sangkaan orang-orang yang tidak merujuk kepada
sumber-sumber aslinya. Masalah ini bahkan masih
diperselisihkan sebagaimana yang telah saya kemukakan.

Sebagian ulama sekarang ada yang mengharamkan
berjabat tangan dengan wanita dengan mengambil dalil
riwayat Thabrani dan Baihaqi dari Ma'qil bin Yasar dari
Nabi saw., beliau bersabda:

"Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang diantara
kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya."5

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan
dengan pengambilan hadits di atas sebagai dalil:

1. Bahwa imam-imam ahli hadits tidak menyatakan secara
jelas akan kesahihan hadits
tersebut, hanya orang-orang seperti al-Mundziri dan
al-Haitsami yang mengatakan,
"Perawi-perawinya adalah perawi-perawi kepercayaan
atau
perawi-perawi sahih."

Perkataan seperti ini saja tidak cukup untuk
menetapkan kesahihan hadits tersebut, karena masih ada
kemungkinan terputus jalan periwayatannya (inqitha') atau
terdapat 'illat (cacat) yang samar. Karena itu, hadits
ini tidak diriwayatkan oleh seorang pun dari penyusun
kitab-kitab yang masyhur, sebagaimana tidak ada seorang
pun fuqaha terdahulu yang menjadikannya sebagai dasar
untuk mengharamkan berjabat tangan antara laki-laki dengan
perempuan dan sebagainya.

2. Fuqaha Hanafiyah dan sebagian fuqaha Malikiyah
mengatakan bahwa pengharaman itu tidak dapat ditetapkan
kecuali dengan dalil qath'i yang tidak ada kesamaran
padanya, seperti Al-Qur'anul Karim serta hadits-hadits
mutawatir dan masyhur. Adapun jika ketetapan atau
kesahihannya sendiri masih ada kesamaran, maka hal itu
tidak lain hanyalah menunjukkan hukum makruh, seperti
hadits-hadits ahad yang sahih. Maka bagaimana lagi dengan
hadits yang diragukan kesahihannya?

3. Andaikata kita terima bahwa hadits itu sahih dan dapat
digunakan untuk mengharamkan suatu masalah, maka saya
dapati petunjuknya tidak jelas. Kalimat "menyentuh kulit
wanita yang tidak halal baginya" itu tidak dimaksudkan
semata-mata bersentuhan kulit dengan kulit tanpa syahwat,
sebagaimana yang biasa terjadi dalam berjabat tangan.
Bahkan kata-kata al-mass (massa - yamassu - mass:
menyentuh) cukup digunakan dalam nash-nash syar'iyah
seperti Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan salah satu dari dua
pengertian, yaitu:

a. Bahwa ia merupakan kinayah (kiasan) dari hubungan
biologis (jima') sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas dalam
menafsirkan firman Allah: "Laamastum an-Nisat" (Kamu
menyentuh wanita). Ibnu Abbas berkata, "Lafal al-lams,
al-mulaamasah, dan al-mass dalam Al-Qur'an dipakai sebagai
kiasan untuk jima' (hubungan seksual). Secara umum,
ayat-ayat Al-Qur'an yang menggunakan kata al-mass
menunjukkan arti seperti itu dengan jelas, seperti firman
Allah yang diucapkan Maryam:

"Betapa mungkin aku akan mempunyai anak padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun ..." (Ali
Imran:47)

"Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu
menyentuh mereka..." (al-Baqarah: 237)

Dalam hadits diceritakan bahwa Nabi saw. mendekati
istri-istrinya tanpa menyentuhnya ....

b. Bahwa yang dimaksud ialah tindakan-tindakan dibawah
kategori jima', seperti mencium, memeluk, merangkul, dan
lain-lain yang merupakan pendahuluan bagi jima' (hubungan
seksual). Ini diriwayatkan oleh sebagian ulama salaf
dalam menafsirkan makna kata mulaamasah.

Al-Hakim mengatakan dalam "Kitab ath-Thaharah" dalam
al-Mustadrak 'al a ash-Shahihaini sebagai berikut :

Imam Bukhari dan Muslim telah sepakat mengeluarkan
hadits-hadits yang berserakan dalam dua musnad yang sahih
yang menunjukkan bahwa al-mass itu berarti sesuatu
(tindakan) dibawah jima':

(1) Diantaranya hadits Abu Hurairah:

"Tangan, zinanya ialah menyentuh..."

(2) Hadits Ibnu Abbas:

"Barangkali engkau menyentuhnya...?"

(3) Hadits lbnu Mas'ud:

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang
(pagi dan petang)..."6

Al-Hakim berkata, "Dan masih ada beberapa hadits sahih
pada mereka (Bukhari dan Muslim) mengenai tafsir dan
lainnya ..." Kemudian al-Hakim menyebutkan diantaranya:

(4) Dari Aisyah, ia berkata:

"Sedikit sekali hari (berlalu) kecuali Rasulullah
saw.
mengelilingi kami semua - yakni istri-istrinya -
lalu
beliau mencium dan menyentuh yang derajatnya
dibawah
jima'. Maka apabila beliau tiba di rumah istri yang
waktu giliran beliau di situ, beliau menetap di
situ."

(5) Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Au
laamastum
an-nisa" (atau kamu menyentuh wanita) ialah
tindakan
dibawah jima', dan untuk ini wajib wudhu."

(6) Dan dari Umar, ia berkata, "Sesungguhnya mencium
itu
termasuk al-lams, oleh sebab itu berwudhulah
karenanya."7

Berdasarkan nash-nash yang telah disebutkan itu, maka
mazhab Maliki dan mazhab Ahmad berpendapat bahwa
menyentuh wanita yang membatalkan wudhu itu ialah
yang disertai dengan syahwat. Dan dengan
pengertian seperti inilah mereka menafsirkan firman
Allah, "au laamastum an-nisa'" (atau kamu menyentuh
wanita).

Karena itu, Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
Fatawa-nya melemahkan pendapat orang yang
menafsirkan lafal "mulaamasah" atau "al-lams"
dalam ayat tersebut dengan semata-mata bersentuhan
kulit walaupun tanpa syahwat.

Diantara yang beliau katakan mengenai masalah ini
seperti berikut:

Adapun menggantungkan batalnya wudhu dengan
menyentuh semata-mata (persentuhan kulit, tanpa
syahwat), maka hal ini bertentangan dengan ushul,
bertentangan dengan ijma' sahabat, bertentangan
dengan atsar, serta tidak ada nash dan qiyas bagi yang
berpendapat begitu.

Apabila lafal al-lams (menyentuh) dalam firman Allah
(atau jika kamu menyentuh wanita ...) itu
dimaksudkan untuk menyentuh dengan tangan atau
mencium dan sebagainya - seperti yang dikatakan Ibnu
Umar dan lainnya - maka sudah dimengerti bahwa
ketika hal itu disebutkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah,
yang dimaksud ialah yang dilakukan dengan bersyahwat,
seperti firman Allah dalam ayat i'tikaf:
"...Dan janganlah kamu me-mubasyarah mereka ketika kamu
sedang i'tikaf dalam masjid..." (al-Baqarah: 187)

Mubasyarah (memeluk) bagi orang yang sedang i'tikaf
dengan tidak bersyahwat itu tidak diharamkan,
berbeda dengan memeluk yang disertai syahwat.

Demikian pula firman Allah: "Jika kamu
menceraikan istri-istrimu sebelum kamu menyentuh
mereka ..." (al-Baqarah: 237). Atau dalam ayat
sebelumnya disebutkan: "Tidak ada kewajiban membayar
(mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu
sebelum kamu menyentuh mereka ..." (al-Baqarah: 236).

Karena seandainya si suami hanya menyentuhnya
dengan sentuhan biasa tanpa syahwat, maka tidak
wajib iddah dan tidak wajib membayar mahar secara
utuh serta tidak menjadikan mahram karena
persemendaan menurut kesepakatan ulama.

Barangsiapa menganggap bahwa lafal au laamastum
an-nisa' mencakup sentuhan biasa meskipun tidak
dengan bersyahwat, maka ia telah menyimpang dari
bahasa Al-Qur'an, bahkan menyimpang dari bahasa
manusia sebagaimana yang sudah dikenal. Sebab, jika
disebutkan lafal al-mass (menyentuh) yang diiringi
dengan laki-laki dan perempuan, maka tahulah dia bahwa
yang dimaksud ialah menyentuh dengan bersyahwat,
sebagaimana bila disebutkan lafal al-wath'u (yang
asal artinya "menginjak") yang diikuti dengan kata-kata
laki-laki dan perempuan, maka tahulah ia bahwa yang
dimaksud ialah al-wath'u dengan kemaluan (yakni
bersetubuh), bukan menginjak dengan kaki."8

Di tempat lain lbnu Taimiyah menyebutkan bahwa para
sahabat berbeda pendapat mengenai maksud firman Allah au
laamastum annisa'. Ibnu Abbas dan segolongan sahabat
berpendapat bahwa yang dimaksud ialah jima'. dan mereka
berkata, "Allah itu Pemalu dan Maha Mulia. Ia
membuat kinayah untuk sesuatu sesuai dengan yang Ia
kehendaki."

Beliau berkata, "Ini yang lebih tepat diantara
kedua pendapat tersebut."Bangsa Arab dan Mawali juga
berbeda pendapat mengenai makna kata al-lams, apakah ia
berarti jima' atau tindakan dibawah jima'. Bangsa Arab
mengatakan, yang dimaksud adalah jima'.
Sedangkan Mawali (bekas-bekas budak yang telah
dimerdekakan) berkata: yang dimaksud ialah tindakan
di bawah jima' (pra-hubungan biologis). Lalu mereka
meminta keputusan kepada Ibnu Abbas, lantas Ibnu Abbas
membenarkan bangsa Arab dan menyalahkan Mawali.9

Maksud dikutipnya semua ini ialah untuk kita ketahui
bahwa kata-kata al-mass atau al-lams ketika
digunakan dalam konteks laki-laki dan perempuan tidaklah
dimaksudkan dengan semata-mata bersentuhan kulit
biasa, tetapi yang dimaksud ialah mungkin jima'
(hubungan seks) atau pendahuluannya seperti mencium,
memeluk, dan sebagainya yang merupakan sentuhan
disertai syahwat dan kelezatan.

Kalau kita perhatikan riwayat yang sahih dari
Rasulullah saw., niscaya kita jumpai sesuatu yang
menunjukkan bahwa semata-mata bersentuhan tangan antara
laki-laki dengan perempuan tanpa disertai syahwat
dan tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah tidaklah
terlarang, bahkan pernah dilakukan oleh Rasulullah
saw., sedangkan pada dasarnya perbuatan Nabi saw. itu
adalah tasyri' dan untuk diteladani:

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. itu
suri teladan yang baik bagimu..." (al-Ahzab: 21)

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya pada
"Kitab al-Adab" dari Anas bin Malik r.a., ia berkata:

"Sesungguhnya seorang budak wanita diantara
budak-budak penduduk Madinah memegang tangan
Rasulullah saw., lalu membawanya pergi ke mana ia
suka."

Dalam riwayat Imam Ahmad dari Anas juga, ia berkata:

"Sesungguhnya seorang budak perempuan dari
budak-budak penduduk Madinah datang, lalu ia memegang
tangan Rasulullah saw., maka beliau tidak melepaskan
tangan beliau dari tangannya sehingga dia membawanya
perg ke mana ia suka."

Ibnu Majah juga meriwayatkan hal demikian.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari:

"Yang dimaksud dengan memegang tangan disini
ialah kelazimannya, yaitu kasih sayang dan ketundukan,
dan ini meliputi bermacam-macam kesungguhan dalam
tawadhu', karena disebutkannya perempuan bukan laki-laki,
dan disebutkannya budak bukan orang merdeka,
digunakannya kata-kata umum dengan lafal al-imaa'
(budak-budak perempuan), yakni budak perempuan yang
mana pun, dan dengan perkataan haitsu syaa'at (kemana saja
ia suka), yakni ke tempat mana saja. Dan ungkapan
dengan "mengambil/memegang tangannya" itu
menunjukkan apa saja yang dilakukannya, sehingga meskipun
si budak perempuan itu ingin pergi ke luar kota Madinah
dan dia meminta kepada beliau untuk membantu memenuhi
keperluannya itu niscaya beliau akan membantunya.

Ini merupakan dalil yang menunjukkan betapa
tawadhu'nya Rasulullah saw. dan betapa bersihnya
beliau dari sikap sombong."10

Apa yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar itu secara garis
besar dapat diterima, tetapi eliau memalingkan makna
memegang tangan dari makna lahiriahnya kepada
kelazimannya yang berupa kasih sayang dan ketundukan,
tidak dapat diterima, karena makna lahir dan
kelaziman itu adalah dua hal yang dimaksudkan secara
bersama-sama, dan pada asalnya perkataan itu harus
diartikan menurut lahirnya, kecuali jika ada dalil atau
indikasi tertentu yang memalingkannya dari makna lahir.
Sedangkan dalam hal ini saya tidak menjumpai faktor
yang mencegah atau melarang dipakainya makna lahir itu,
bahkan riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan "maka
beliau tidak melepaskan tangan beliau ari tangannya
sehingga ia membawa beliau pergi kemana saja ia suka"
menunjukkan dengan jelas bahwa makna lahir itulah yang
dimaksud. Sungguh termasuk memberat- beratkan diri dan
perbuatan serampangan jika keluar dari makna lahir ini.

Lebih banyak dan lebih mengena lagi apa yang
diriwayatkan dalam Shahihain dan kitab- kitab Sunan dari
Anas "bahwa Nabi saw. tidur siang hari di rumah bibi Anas
yang bernama Ummu Haram binti Milhan istri Ubadah bin
Shamit, dan beliau tidur di sisi Ummu Haram dengan
meletakkan kepala beliau di pangkuan Ummu Haram,
dan Ummu Haram membersihkan kepala beliau dari kutu
..."

Ibnu Hajar dalam menjelaskan hadits ini mengatakan,
"Hadits ini memperbolehkan tamu tidur siang di
rumah orang lain (yakni tuan rumah) dengan memenuhi
persyaratannya, seperti dengan adanya izin dan aman
dari fitnah, dan bolehnya wanita asing (bukan istri)
melayani tamu dengan menghidangkan makanan,
menyediakan keperluannya, dan sebagainya.

Hadits ini juga memperbolehkan wanita melayani
tamunya dengan membersihkan kutu kepalanya. Tetapi
hal ini menimbulkan kemusykilan bagi sejumlah orang.
Maka Ibnu Abdil Barr berkata, "Saya kira Ummu Haram itu
dahulunya menyusui Rasulullah saw. (waktu kecil),
atau saudaranya yaitu Ummu Sulaim, sehingga masing-masing
berkedudukan "sebagai ibu susuan" atau bibi susuan
bagi Rasulullah saw.. Karena itu, beliau tidur di sisinya,
dan dia lakukan terhadap Rasulullah apa yang layak
dilakukan oleh mahram."

Selanjutnya Ibnu Abdil Barr membawakan riwayat
dengan sanadnya yang menunjukkan bahwa Ummu Haram
mempunyai hubungan mahram dengan Rasul dari jurusan
bibi (saudara ibunya), sebab ibu Abdul Muthalib, kakek
Nabi, adalah dari Bani Najjar ...

Yang lain lagi berkata, "Nabi saw. itu maksum
(terpelihara dari dosa dan kesalahan). Beliau mampu
mengendalikan hasratnya terhadap istrinya, maka
betapa lagi terhadap wanita lain mengenai hal-hal
yang beliau disucikan daripadanya? Beliau suci
dari perbuatan-perbuatan buruk dan perkataan-perkataan
kotor, dan ini termasuk kekhususan beliau."

Tetapi pendapat ini disangkal oleh al-Qadhi 'Iyadh
dengan argumentasi bahwa kekhususan itu tidak dapat
ditetapkan dengan sesuatu yang bersifat
kemungkinan. Tetapnya kemaksuman beliau memang
dapat diterima, tetapi pada dasarnya tidak ada
kekhususan dan boleh meneladani beliau dalam semua
tindakan beliau, sehingga ada dalil yang
menunjukkan kekhususannya.

Al-Hafizh ad-Dimyati mengemukakan sanggahan yang lebih
keras lagi terhadap orang yang mengatakan kemungkinan
pertama, yaitu anggapan tentang adanya hubungan
kemahraman antara Nabi saw. dengan Ummu Haram. Beliau
berkata:

"Mengigau orang yang menganggap Ummu Haram sebagai
salah seorang bibi Nabi saw., baik bibi susuan maupun
bibi nasab. Sudah dimaklumi, orang-orang yang menyusukan
beliau tidak ada seorang pun di antara mereka yang
berasal dari wanita Anshar selain Ummu Abdil Muthalib,
yaitu Salma binti Amr bin Zaid bin Lubaid bin Hirasy bin
Amir bin Ghanam bin Adi bin an-Najjar; dan Ummu Haram
adalah binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin
Jundub bin Amir tersebut. Maka nasab Ummu Haram tidak
bertemu dengan nasab Salma kecuali pada Amir bin Ghanam,
kakek mereka yang sudah jauh ke atas. Dan hubungan bibi
(yang jauh) ini tidak menetapkan kemahraman, sebab ini
adalah bibi majazi, seperti perkataan Nabi saw.
terhadap Sa'ad bin Abi Waqash, "Ini pamanku" karena Sa'ad
dari Bani Zahrah, kerabat ibu beliau Aminah,
sedangkan Sa'ad bukan saudara Aminah, baik nasab maupun
susuan."

Selanjutnya beliau (Dimyati) berkata, "Apabila sudah
tetap yang demikian, maka terdapat riwayat dalam
ash-Shahlh yang menceritakan bahwa Nabi saw. tidak pernah
masuk ke tempat wanita selain istri-istri beliau,
kecuali kepada Ummu Sulaim. Lalu beliau ditanya
mengenai masalah itu, dan beliau menjawab, 'Saya kasihan
kepadanya, saudaranya terbunuh dalam peperangan bersama
saya.' Yakni Haram bin Milhan, yang terbunuh pada
waktu peperangan Bi'r Ma'unah."

Apabila hadits ini mengkhususkan pengecualian untuk
Ummu Sulaim, maka demikian pula halnya dengan Ummu
Haram tersebut. Karena keduanya adalah bersaudara
dan hidup didalam satu rumah, sedangkan Haram bin
Milhan adalah saudara mereka berdua. Maka 'illat
(hukumnya) adalah sama diantara keduanya, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Hajar.

Dan ditambahkan pula kepada 'illat tersebut bahwa
Ummu Sulaim adalah ibu Anas, pelayan Nabi saw.,
sedangkan telah berlaku kebiasaan pergaulan antara
pelayan, yang dilayani, serta keluarganya, serta
ditiadakan kekhawatiran yang terjadi diantara
orang-orang luar.

Kemudian ad-Dimyati berkata, "Tetapi hadits itu
tidak menunjukkan terjadinya khalwat antara Nabi saw.
dengan Ummu Haram, kemungkinan pada waktu itu
disertai oleh anak, pembantu, suami, atau pendamping."

Ibnu Hajar berkata, "Ini merupakan kemungkinan yang
kuat, tetapi masih belum dapat menghilangkan
kemusykilan dari asalnya, karena masih adanya
mulamasah (persentuhan) dalam membersihkan kutu kepala,
demikian pula tidur di pangkuan."

Al-Hafizh berkata, "Sebaik-baik jawaban mengenai masalah
ini ialah dengan menganggapnya sebagai kekhususan, dan
hal ini tidak dapat ditolak oleh keberadaanya yang tidak
ditetapkan kecuali dengan dalil, karena dalil
mengenai hal ini sudah jelas."11

Tetapi saya tidak tahu mana dalilnya ini,
samar-samar ataukah jelas?

Setelah memperhatikan riwayat-riwayat tersebut, maka
yang mantap dalam hati saya adalah bahwa semata-mata
bersentuhan kulit tidaklah haram. Apabila didapati
sebab- sebab yang menjadikan percampuran (pergaulan)
seperti yang terjadi antara Nabi saw. dengan Ummu
Haram dan Ummu Sulaim serta aman dari fitnah bagi
kedua belah pihak, maka tidak mengapalah berjabat
tangan antara laki-laki dengan perempuan ketika
diperlukan, seperti ketika datang dari perjalanan
jauh, seorang kerabat laki-laki berkunjung kepada
kerabat wanita yang bukan mahramnya atau sebaliknya,
seperti anak perempuan paman atau anak perempuan bibi
baik dari pihak ibu maupun dari pihak ayah, atau istri
paman, dan sebagainya, lebih-lebih jika pertemuan itu
setelah lama tidak berjumpa.

Dalam menutup pembahasan ini ada dua hal yang perlu
saya tekankan:

Pertama, bahwa berjabat tangan antara laki-laki
dan perempuan itu hanya diperbolehkan apabila tidak
disertai dengan syahwat serta aman dari fitnah. Apabila
dikhawatirkan terjadi fitnah terhadap salah satunya, atau
disertai syahwat dan taladzdzudz (berlezat-lezat) dari
salah satunya (apa lagi keduanya; penj.) maka
keharaman berjabat tangan tidak diragukan lagi.

Bahkan seandainya kedua syarat ini tidak terpenuhi -
yaitu tiadanya syahwat dan aman dari fitnah -
meskipun jabatan tangan itu antara seseorang dengan
mahramnya seperti bibinya, saudara sesusuan, anak
tirinya, ibu tirinya, mertuanya, atau lainnya, maka
berjabat tangan pada kondisi seperti itu adalah haram.
Bahkan berjabat tangan dengan anak yang masih kecil
pun haram hukumnya jika kedua syarat itu tidak terpenuhi.

Kedua, hendaklah berjabat tangan itu sebatas ada
kebutuhan saja, seperti yang disebutkan dalam
pertanyaan di atas, yaitu dengan kerabat atau semenda
(besan) yang terjadi hubungan yang erat dan akrab
diantara mereka; dan tidak baik hal ini diperluas kepada
orang lain, demi membendung pintu kerusakan, menjauhi
syubhat, mengambil sikap hati-hati, dan meneladani Nabi
saw. - tidak ada riwayat kuat yang menyebutkan
bahwa beliau pernah berjabat tangan dengan wanita
lain (bukan kerabat atau tidak mempunyai hubungan
yang erat).

Dan yang lebih utama bagi seorang muslim atau muslimah
- yang komitmen pada agamanya - ialah tidak memulai
berjabat tangan dengan lain jenis. Tetapi, apabila
diajak berjabat tangan barulah ia menjabat tangannya.

Saya tetapkan keputusan ini untuk dilaksanakan oleh
orang yang memerlukannya tanpa merasa telah mengabaikan
agamanya, dan bagi orang yang telah mengetahui
tidak usah mengingkarinya selama masih ada
kemungkinan untuk berijtihad.

Wallahu a'lam.

Catatan kaki:

1 Lihat al-Ikhtiar li Mukhtar fi Fiqhil Hanafyah, 4: 155.
2 Ibid., 4: 156-157
3 Perbuatan yang mereka ada-adakan antara tangan dengan
kaki mereka itu maksudnya ialah mengadakan
pengakuan-pengakuan palsu mengenai hubungan antara
laki-laki dengan wanita seperti tuduhan berzina, tuduhan bahwa
anak si Fulan bukan anak suaminya, dan sebagainya. (Al-Qur'an
dan Terjemahannya, catatan kaki nomor 1473; penj.)
4 HR Bukhari dalam sahihnya, dalam "Kitab Tafsir Surat
al-Mumtahanah," Bab "Idzaa Jaa'aka al-Mu'minaatu Muhaajiraat."
5 Al-Mundziri berkata dalam at-Targhib: "Perawi-perawi
Thabrani adalah orang-orang tepercaya, perawi-perawi
yang sahih."
6 Beliau (al-Hakim) mengisyaratkan kepada riwayat
asy-Syaikhani dan lainnya dan hadits Ibnu Maswud, dan
dalam ebagian riwayat-riwayatnya: Bahwa seorang laki-laki
datang kepada Nabi saw. Lalu dia mengatakan bahwa dia telah
berbuat sesuatu terhadap wanita, mungkin menciumnya, menyentuh
dengan tangannya, atau perbuatan lainnya, seakan-akan ia
menanyakan kafaratnya. Lalu Allah menurunkan ayat
(yang artinya), "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi
siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk..." (Hud: 114) (HR
Muslim dengan lafal ini dalam "Kitab at-Taubah," nomor 40)
7 Lihat, al-Mustadrak, 1: 135.
8 Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah, terbitan ar-Riyadh, jilid 21, hlm. 223-224.
9 Ibid.
10 Fathul Bari, juz 13.
11 Fathul Bari 13: 230-231. dengan beberapa perubahan
susunan redaksional

Fatwa-fatwa Kontemporer Dr. Yusuf Qardhawi