Jumat, 12 September 2008

Sholat Yang Berkualitas

Kualitas salat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu`annya. Salat
dapat disebut sebagai zikir manakala orang yang salat itu menyadari
sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam salatnya,
karena zikir itu sendiri adalah kesadaran. Lawan dari zikir adalah
lalai, oleh karena itu al Qur'an juga mengingatkan orang yang berzikir
(salat) agar jangan lalai, wala takun min al ghafilin (Q/7:205).
Salatnya orang yang lalai pasti tidak efektip karena tidak komunikatif.

Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang
salat, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min
qa imin hazzuhu min salatihi at ta`abu wa an nasobu. Salat sebagai
zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan
munajat seorang hamba dengan Sang Khaliq. Kunci dari muhawarah dan
munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi
khusyu` adalah hadirnya hati dalam setiap aktifitas salat.

Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.
Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat
menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman,
(3) ta`zim, mengagungkan Alloh SWT, (4) segan, haibah, (5). Berharap,
raja, dan (6) malu.

Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih
membutuhkan situasi fisik yang kondusif untuk salat, agar perhatiannya
tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah
kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus
yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar,
yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Alloh
SWT yang sedang diajak berbicara.

Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem yang tidak halal,
ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan
membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Alloh SWT, karena dua hal
itu merupakan hal yang bertentangan.

Salam cinta,
agussyafii

Tidak ada komentar: