Kamis, 10 Juli 2008

Ada Apa dengan Cinta?

Suatu saat, ketika saya menonton televisi, ada sebuah acara dimana
reporter menanyakan kepada setiap orang, tentang makna cinta. Ada yang
mengatakan bahwa cinta nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, cinta itu
indah, cinta itu agung, cinta itu suci dan sebagainya. Padkay sendiri
mengatakan, " Cinta, penderitaannya tiada akhir". Para filosof juga
seringkali membicarakan tentang makna cinta dan akhirnya kesimpulannya
tetap terserah kepada siapa yang memandang.

Cinta dapat menjadikan manusia menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang
menjadikan orang menjadi tercela. Seorang sahabat nabi, yang karena
cintanya kepada beliau, rela menghadang panah-panah dengan tubuhnya untuk
melindung beliau, dan cinta semacam ini adalah cinta yang penuh dengan
nilai kemuliaan. Seorang ayah, karena cintanya kepada anaknya, rela
bekerja siang malam, bahkan lembur segala, untuk membahagiakan istri dan
anaknya, untuk sekedar melihat senyum mengembang di bibir istri dan
anaknya, maka cinta yang demikian adalah cinta yang mulia. Cinta dapat
membawa kepada nilai kebaikan dan kemuliaan.

Kalau saya membaca surat kabar, maka pada rubrik konsultasi, seringkali
saya membaca kesaksian pembaca tentang hubungan suami istri pra nikah
antara seseorang dengan pacarnya, mereka mengatasnamakan cinta. Atau
barangkali di malam valentinan kemarin, banyak pasangan muda mudi berasyik
masyuk berciuman, berpelukan, dan mereka mengatasnamakan cinta. Yang
demikian barangkali adalah cinta yang membawa kepada keburukan dan
kehinaan.

Dalam Islam cinta akan diarahkan kepada nilai kebaikan dengan landasan
yang kokoh. Dalam Islam landasan cinta adalah cinta Alloh, dan cinta
Rasul. Landasan yang takkan mungkin berubah, dan yang jika berubah akan
mengurangi atau bahkan menghapuskan nilai keimanan seseorang. Kecintaan
manusia pada suatu hal, harus berlandaskan pada dua cinta tersebut. Itulah
yang menyebabkan nilai kecintaan dalam Islam memiliki ranking yang sangat
tinggi, dan mempunyai bobot yang sangat berat, karena cinta harus
berlandaskan pada semangat-semangat keimanan.

Nanti, pada hari kiamat, manusia akan dibangkitkan dengan apa yang
dicintainya, akan dikumpulkan dengan apa yang dicintainya. Orang bisa saja
mencintai Nafa Urbach, Krisdayanti, Sheila on Seven, Ali bin abi Thalib,
Fatimah ra, dan ia akan dibangkitkan bersama golongan orang yang
dicintainya itu. Berhati-hatilah dalam mencinta, dan cintailah hanya
orang-orang yang memang patut dan layak dicintai.

Suatu saat seorang yang menjadi Imam Sholat, dilaporkan kepada Rasululloh,
karena ia hanya membaca surat Al-Ikhlash dalam rakaat-rakaatnya. Apakah
tidak ada surat lain yang lebih panjang? Lalu, Rasulpun memanggil orang
tersebut, menanyakan mengapa ia melakukan hal tersebut. Orang itu
menjawab,"Saya mencintai Alloh hingga saya suka sekali dengan surat
Al-Ikhlash itu, karena isinya menceritakan tentang keesaan Alloh." Maka
Rasululloh berujar,"Alloh mencintaimu karena cintamu kepada-Nya". (sayang
tak disebutkan perawinya)

Pada kesempatan yang lain, Rasululloh bertanya kepada Umar, apakah Umar
mencintai beliau melebihi cintanya kepada dirinya sendiri. Umar menjawab,
"Kalau yang itu nampaknya belum, ya Rasul!". Rasululloh kemudian
berujar, " Belum sempurna iman seseorang jikalau ia belum mencintaiku
melebihi cintanya kepada dirinya sendiri," Umar menyahut, "Mulai saat ini,
aku akan mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri!"

Rating Cinta
Islam mengenal beberapa peringkat cinta. Peringkat pertama adalah
TATAYYUM, yang menduduki tempat teratas. Ialah cinta yang hanya mampu kita
persembahkan kepada Rabb Yang Mahaagung, yang mampu menciptakan rasa ingin
mempersembahkan gemerincing rupiah terakhir dan tetes darah penghabisan
(romantis, bukan?). "Orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Alloh." (QS. Al-Baqarah:165).

Peringkat kedua adalah ISYQ, yang hanya merupakan hak kekasih ALloh, pria
yang paling indah akhlak dan kepribadiannya di muka bumi, yaitu Rasululloh
SAW. Cinta ini berwujud kerinduan untuk bertemu dan mengikuti sunnahnya.

Peringkat ketiga adalah SYAUQ, yaitu cinta antara sesama mukmin dengan
mukmin lainnya. Antara suami-istri, anak-orangtua, and so on.

Yang berikutnya adalah SHAHABAH, yang ditujukan untuk sesama muslim,
hingga melahirkan Ukhuwah Islamiyah.

Peringkat kelima disebut ITHF (simpati), yang ditujukan kepada sesama
manusia. Rasa simpati ini menumbuhkan keinginan untukberdakwah
menyelamatkan manusia dari ancaman siksa Alloh di hari akhir.

Juru kunci cinta diduduki oleh INTIFA', yang merupakan kadar cinta yang
paling rendah dan sederhana, yaitu cinta kepada selain manusia, seperti
harta benda, pangkat, dan kedudukan. Bila dikelola dengan baik dan
disertai rasa syukur, ia dapat menumbuhkan ghirah (semangat) untuk
memanfaatkan dan mendayagunakannya di jalan Alloh.

Di manakah rating cinta yang kita miliki saat ini?
Hiduplah dalam naungan cinta, dan pilihlah cinta yang hanya berlandaskan
kecintaan pada Alloh dan Rasululloh. Dan cintailah hanya orang yang memang
layak untuk kita cintai, yang akan bersama kita menuju ridha-Nya.

Selamat bercinta.

______________________________________
Terimakasih kepada Dr. Abdullah Shahab, akan taushiyahnya Tentang Cinta,
tentu saja. Juga Ibnul Qayyim rahimahulloh. Insya Alloh.

Adopted by: Abdul Chalik & Irman Sunandar

Tidak ada komentar: