Senin, 28 Juli 2008

Kerja Keras

''Maka apabila shalat telah selesai ditunaikan, bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia (rezeki) Allah dan ingatlah kepada Allah dengan
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.'' (QS Aljumu'ah [62]: 10)

Ayat di atas menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk mencari rezeki demi
kelangsungan hidup di muka bumi ini. Rezeki, meski sudah diatur-Nya, tidak
akan datang sendiri menghampiri kita tanpa ada usaha untuk memperolehnya.
Perintah bertebaran di muka bumi untuk mencari rezeki mengandaikan sebuah
usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada
Allah SWT.

Islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan dalam salah satu sabdanya
Rasulullah SAW pernah menegaskan, ''Sesungguhnya, bekerja mencari rezeki
yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu.'' (HR
Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Jika kerja keras mencari rezeki merupakan kewajiban seorang Muslim setelah
ibadah fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik, ketika dalam
jiwa kita masih tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha?

Selayaknya, ketika ibadah fardhu telah ditunaikan, kita tempa diri kita
dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengan cara inilah,
kita bisa bangga dan menunjukkan kalau kita benar-benar seorang Muslim
sejati. Seorang Muslim yang sanggup menghadapi hidup dengan penuh semangat
juang yang tinggi, meyakini rezeki Allah sangat berlimpah dan disediakan
bagi siapa saja yang mau berusaha menggapainya dengan bimbingan-Nya.

Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain menunjukkan jiwa serta
kepribadian seorang Muslim, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus
dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda, ''Barangsiapa pada malam hari
merasakan kelelahan karena kedua tangannya bekerja pada siang hari, maka
pada malam harinya ia diampuni Allah.'' (HR Ahmad)

Dengan demikian jelaslah bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam
ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras, mencari
karunia Allah di muka bumi ini dengan sikap gagah, sabar, dan pantang
menyerah. Di sinilah letak 'izzah--kehormatan, harga diri, sekaligus jati
diri--seorang Muslim.

Sebaliknya, sikap berpangku tangan, selalu mengharapkan bantuan orang lain,
pasrah terhadap keadaan, tidak berusaha mengubah ke arah yang lebih baik
menunjukkan kerendahdirian serta kehinaan seseorang. Wallahu a'lam
bish-shawab.

(Didi Junaedi HZ )

Tidak ada komentar: